Jakarta, CNN Indonesia -- Mark Zuckerberg, pendiri dan CEO Facebook, baru saja resmi menyandang sarjana Universitas Harvard. Meski tidak menyelesaikan studinya di Harvard hingga tuntas, Zuckerberg diberikan gelar sarjana berkat pencapaiannya melalui Facebook.
Diterima di Harvard pada 2002, Zuck memutuskan meninggalkan bangku kuliahnya untuk mengurusi Facebook yang sedang berkembang. Kendati demikian Harvard menilai Zuck membuat pencapaian luar biasa. Sebab, Facebook kini menjadi salah satu perusahaan terbesar dan paling berpengaruh di dunia. Sehingga, Harvard akhirnya memberikan gelar sarjana kehormatan meski Zuck tidak menyelesaikan studinya.
Zuck mengikuti langkah pendiri Microsoft Bill Gates yang pernah mendapat perlakuan serupa dari Harvard. Namun usia Zuck lebih muda ketimbang Bill saat menerima sarjana. Usia Zuck yang baru 33 tahun menasbihkannya sebagai yang termuda dalam memberikan pidato kelulusan di Harvard.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam acara penyerahan gelar sarjana kehormatan ini, Zuck juga dipercaya untuk memberikan pidato di hadapan lulusan Harvard, demikian
BBC. Pada kesempatan itu, suami dari Priscilla Chan tersebut bicara mengajak generasi muda untuk mencari solusi untuk masalah utama yang dihadapi dunia. Masalah yang dibicarakan oleh Zuck adalah menyembuhkan semua penyakit di dunia, menciptakan kesetaraan, dan membangun komunitas
online dan
offline yang lebih baik.
"Bagaimana dengan menghentikan perubahan iklim sebelum kita menghancurkan planet? Bagaimana dengan menyembuhkan semua penyakit? ucap Zuck kepada para sarjana baru Harvard seperti dinukil dari
Recode, Kamis (25/5).
Dalam pidato itu, Zuck ingin membagi tujuan yang sama dengan semua warga di dunia menghadapi masalah-masalah yang ia sebut tadi.
Zuck juga menceritakan pengalamannya ketika mendapat tekanan untuk menjual Facebook di masa-masa awalnya. Meski para eksekutif perusahaan dan investor ingin agar Facebook segera dijual, namun Zuck bersikukuh untuk tidak menjual Facebook.
Imbasnya, Zuckerberg ditinggal sejumlah eksekutif perusahaannya di masa itu sehingga membuatnya merasa gusar. "Kemudian saya sadar semua terjadi seperti ini ketika tak ada lagi tujuan yang lebih tinggi," imbuh pria terkaya di dunia ini lagi.