Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah pemimpin perusahaan teknologi terkemuka mengutuk aksi Presiden Amerika Serikat Donald Trump keluar dari Perjanjian Paris. Mereka sepakat bahwa perubahan iklim adalah nyata dan keluar dari perjanjian tersebut akan memperparah situasi.
Sebelum keputusan Trump dibuat, CEO Apple Tim Cook mengirim surat untuk memintanya membatalkan niat keluar dari Perjanjian Paris. Namun usahanya tak membuahkan hasil.
Apple dikenal beroperasi dengan memperhatikan emisi karbon yang mereka produksi. Keputusan Trump dinilai sebagai langkah keliru menghadapi pemanasan global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami beroperasi hampir seluruhnya dari energi terbarukan, yang kami percaya contoh hal baik bagi planet dan bisnis," tulis Cook seperti dilansir
Gizmodo.
Selain Cook, Mark Zuckerberg juga menyampaikan kekhawatirannya soal keputusan pemerintah AS keluar dari Perjanjian Paris. Sama seperti Cook, Zuckerberg menyatakan Facebook yang ia dirikan tetap berkomitmen terhadap penggunaan energi terbarukan.
"Menarik diri dari perjanjian iklim Paris berdampak buruk bagi lingkungan, ekonomi, dan menempatkan anak-anak kita dalam bahaya," ujar Zuck.
Sementara presiden dari Microsoft Brad Smith mengaku sudah berusaha melobi pemerintah AS dengan merujuk keuntungan bisnis yang bisa diperoleh lewat Perjanjian Paris tersebut. Seperti halnya Cook, saran dari Microsoft juga tak dihiraukan oleh Trump.
Salah satu langkah paling besar dilakukan oleh CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk terkait keluarnya AS dari Perjanjian Paris. Setelah sekian lama mendapat tekanan dari berbagai pihak soal keputusannya bergabung di dewan penasihat Trump, Musk akhirnya meninggalkan posisi itu.
Secara eksplisit, Musk kecewa dengan sikap pemerintah AS. Keputusannya meninggalkan status dewan penasihat presiden tak lama ia buat setelah pernyataan Trump tersiar ke publik.
"Saya meninggalkan dewan penasihat presiden. Perubahan iklim nyata. Meninggalkan (Perjanjian) Paris tidak baik untuk Amerika atau dunia," tulis Musk di akun Twitter.
Sebelumnnya, Trump memutuskan mencabut keikutsertaan Amerika dalam Perjanjian Paris. Trump beralasan perjanjian tersebut hanya membatasi gerak pertumbuhan ekonomi mereka sembari mengabaikan dampak nyata dari perubahan iklim akibat emisi karbon.
Perjanjian Paris sendiri adalah kesepakatan yang dibuat oleh perwakilan dari 195 negara, termasuk Indonesia, di bawah bendera PBB untuk meredam emisi karbon serta dampaknya bagi Bumi. Ada sekitar 148 negara yang meratifikasinya saat ini.
Sikap serupa isi kesepakatan itu diyakini betul oleh perusahaan teknologi besar seperti Apple, Facebook, dan Microsoft. Mereka berlomba-lomba mengembangkan bisnisnya dengan suplai energi terbarukan.
Keputusan mencabut diri dari Perjanjian Paris merupakan kali kedua pemimpin industri teknologi menentang pemerintahan Trump secara terbuka. Protes pertama terjadi ketika Trump mengeluarkan aturan yang melarang imigran dari sejumlah negara masuk ke wilayah AS.