Jakarta, CNN Indonesia -- Sistem pengawasan kebocoran radiasi di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl diserang peretas pada Selasa (27/8) sehingga kini pengawasan dilakukan secara manual, demikian dilaporkan pemerintah Ukraina.
"Karena sistem Windows terputus sementara, pengawasan radiasi di area industri dilakukan secara manual," demikian bunyi keterangan resmi agen pengendali zona eksklusif Chernobyl.
Dikutip dari
CNN, pernyataan resmi itu juga menyebutkan bahwa "teknologi sistem pengoperasian stasiun nuklir berjalan normal". Hanya saja, "terkait penyerangan siber, situs reaktor nuklir Chernobyl tidak bekerja seperti biasanya."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak berwenang mengatakan bahwa peretasan terjadi karena sistem masih menggunakan Windows dan sistem pengoperasian itulah yang menjadi celah untuk peretas.
Di hari yang sama, sejumlah perusahaan dan lembaga pemerintahan di Eropa melaporkan bahwa mereka diserang oleh peretas, termasuk di antaranya perusahaan minyak dan gas Rusia, Rosneft, demikian pula perusahaan pengiriman barang dari Denmark, Maersk.
Hingga saat ini belum diketahui pihak yang merencanakan penyerangan. Namun, bisa dikatakan serangan mirip dengan virus Ransomware WannaCry yang menyerang sejumlah korporasi di belahan dunia pada Mei 2017 lalu, tak terkecuali Indonesia.
Reaktor nuklir Chernobyl merupakan tempat terjadinya bencana nuklir terbesar di dunia yaitu ketika sebuah reaktor meledak pada 1986. Bencana itu membuat masyarakat sekitar reaktor dievakuasi dan area beradius 30 kilometer dari reaktor wajib dikosongkan.