Jakarta, CNN Indonesia -- Xiaomi mengumkan bahwa pengiriman smartphone miliknya pada Q2 2017 meningkat 70 persen dari Q1 2017. Pada kuartal kedua ini, Lei Jun, Co-founder dan CEO Xiaomi menyebutkan bahwa mereka berhasil mengirimkan 23.16 juta ponsel cerdas.
Optimisme ini kian ketara setelah Jun menyebutkan bahwa Xiaomi menargetkan untuk menjual 100 juta ponsel pada 2018. Target ambisius yang sama sempat dipatok pula pada 2015 lalu. Namun, saat itu Xiaomi hanya mampu menjual 70 juta perangkat saja.
Setelahnya, pada 2016, Xiaomi berhenti mengumumkan jumlah pengapalan ponselnya. IDC malah menyebutkan bahwa
sejak 2016, pangsa pasar Xiaomi disalip oleh kompetitor senegaranya, Oppo dan Vivo. Padahal pada
kuartal empat 2015, pangsa pasar Xiaomi masih mengungguli kedua vendor itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jun menyebutkan
rebound Xiaomi ini adalah suatu pencapaian penting. Alasannya, "belum ada perusahaan
smartphone lain yang secara global berhasil melanjutkan kembali pertumbuhan setelah mengalami penurunan penjualan," demikian tertulis dalam rilis yang diterima
CNNIndonesia.com.
Masalah Xiaomi
Dalam suratnya kepada para karyawan, Jun mengakui bahwa dalam setahun terakhir Xiaomi mengalami kemunduran.
Masalah yang membelit Xiaomi mulai dari perlambatan penjualan smartphone, hingga hambatan pasokan bahan baku. Masalah bahan baku tersebut bahkan sampai turut menghambat rantai produksi perusahaan itu selama beberapa bulan.
Selain itu, Xiaomi juga fokus untuk terus mengejar inovasi teknologi dengan meningkatkan investasi dalam riset dan pengembangan.
Dua tahun belakangan, Jun menyebutkan bahwa perusahaan itu berusaha melakukan kalibrasi ulang berbagai aspek dalam bisnis Xiaomi. Hasil pengiriman ponsel cerdas pada Q2 ini mencerminkan perbaikan yang telah berhasil dilakukan tersebut. Terutama terkait dengan pasokan produk Xiaomi.
Akhirnya jualan offline jugaSelain itu, Xiaomi juga memperbarui model penjualan mereka. Kini Xiaomi tak hanya mengandalkan jualan
online. Tapi, perusahaan itu mengintegrasikan ritel
online dan
offline. Sebagaimana kita tahu, Oppo dan Vivo bisa tumbuh pesat lantaran mereka menguatkan strategi penjualan
offline-nya. Sementara Xiaomi sejak awal dikenal lantaran gebrakannya berjualan agresif lewat jalur
online.
Hingga saat ini, Xiaomi telah membuka 167 toko Mi Home di seluruh Tiongkok. Xiaomi mengklaim bahwa pendapatan mereka dari toko
offline ini tertinggi di industri. Hal ini berdasarkan perhitungan metrik penjualan, angka pendapatan per kaki persegi.
Meski demikian, Xiaomi tetap mengklaim sebagai perusahaan internet,
e-commerce tetap menjadi bagian pokok dari strategi ritelnya.
Selain itu, saat ini India jadi pasar terpenting Xiaomi. Sebab, di pasar itu pendapatan Xiaomi naik 328 persen pada semester pertama 2017. Di negara itu, pangsa pasar Xiaomi berhasil menduduki peringkat kedua.