Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin), mengambil sikap terkait munculnya permintaan dari Presiden Joko Widodo hingga beberapa Kementerian mengenai kehadiran mobil listrik di Indonesia.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, mengungkapkan Indonesia tidak bisa secara tiba-tiba menginginkan mobil listrik, apalagi sekaligus berkeinginan sebagai produsen. Semua harus dilakukan bertahap, seperti masuk ke moda hybrid baru menuju mobil listrik.
"Sebelum ke mobil listrik, kita sebaiknya masuk yang hybrid dulu," kata Airlangga dalam keterangannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi, ia mengatakan, pihaknya saat ini tengah menggodok skema insentif untuk regulasi low carbon emmision vehicle (LCEV), atau program untuk kendaraan berkadar emisi rendah. Yang mana, program itu merupakan lanjutan dari Kendaraan Bermotor Hemat Bahan Bakar dan Harga Terjangkau (KBH2) atau low cost and green car (LCGC).
"Kebijakan ini dapat terlaksana apabila BBM Euro 4 sudah tersedia pada tahun 2019 atau lebih cepat,” ujarnya.
Kata dia, dalam menetapkan standar emisi Euro 4, pelaku industri sudah siap untuk menjalankan aturan. Dijadwalkan Euro IV dapat diterapkan sebelum Asian Games berlangsung. Sehingga bagaimana dalam pelaksanannya industri dan suplier, tier satu tier dua untuk menyesuaikan.
Lebih lanjut, Airlangga berujar, untuk pengembangan mobil listrik di dalam negeri harus diawali dengan berbagai teknologi pendukung seperti baterai, motor induksi, dan piranti lunak (software). Agar lebih kompetitif, ia ingin adanya keringanan bakal pelaku industri untuk dapat terjangkau ke konsumen.
"Mobil listrik kan mahal. Harus ada insentif dari pemerintah,” ucapnya.
Kemenperin mencatat, hingga kini populasi mobil listrik di dunia sekitar 4 juta unit dan diperkirakan pada 2020 mencapai 10 juta unit. Oleh karenanya, ia mendukung para pelaku industri otomotif tanah air berinovasi, termasuk mengembangkan kendaraan berteknologi hemat energi dan ramah lingkungan.
Begitu juga, ia menambahkan, mobil listrik telah masuk ke dalam peta Kemenperin terkait pengembangan industri otomotif Indonesia. Langkah tersebut juga sebagai salah satu komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi sebesar 29 persen pada 2030.
"Teknologi kendaraan masa depan tersebut, antara lain mengarah kepada advance diesel atau petrol engine, bahan bakar alternatif (biofuel), bahan bakar gas, hybrid, kendaraan listrik, dual fuel (gasoline-gas), dan fuelcell (hydrogen),” kata Airlangga.
(pit)