Jakarta, CNN Indonesia -- Google menanggapi serius isu kesenjangan gender yang menimpa perusahaannya. Tanpa menunggu waktu lama, perusahaan membuat divisi baru yakni divisi keberagaman untuk merespon isu tersebut.
Divisi ini secara khusus menangani permaslahan sejenis yang kedepannya mungkin akan muncul.
Kepala Divisi Keberagaman, Danielle Brown memberikan tanggapan terhadap isu yang menghebohkan itu. Menurutnya, pernyataan karyawan dalam memo itu hanya sebatas asumsi yang tidak tepat mengenai kesenjangan gender di Google.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dalam membangun lingkungan yang terbuka dan inklusif berarti kita juga harus menumbuhkan budaya di mana mereka yang memiliki pandangan alternatif, termasuk pandangan politik yang berbeda. Sehingga bisa memicu rasa aman dalam berbagi pendapat,” ungkap Brown.
Bukan hanya Brown, munculnya memo berisi keluhan kesenjangan gender juga dikritik oleh Wakil Presiden Teknik Aritoteles Blogh. Ia menganggap stereotipe dan asumsi merugikan tidak dapat diterapkan dalam budaya perusahaan.
Senada, guru bicara Google menekankan pernyataan Brown dan Balogh pada
Reuters baru-baru ini merupakan tanggapan resmi dari Google.
Respon yang ditunjukkan perusahaan merupakan jawaban atas munculnya memo internal salah satu
software engineer yang tidak disebutkan identitasnya. Karyawan perempuan tersebut menegaskan pengalamnannya sebagai pekerja yang menghadapi kesenjangan gender di dalam tubuh raksasa teknologi itu.
Memo berjudul
“Google’s Idelogical Echo Chamber” memuat hal mengenai budaya kesenjangan antara pekerja laki-laki dan perempuan. Selain menyoal bayaran, ditulis juga adanya kesenjangan dalam budaya diskusi yang dinilai tidak jujur ketika memecahkan masalah.
Meski perusahaan kerap membantah, pekerja tersebut mengklaim kesenjangan akan tetap ada lantaran perbedaan biologis dan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Namun ia menyayangkan sikap perusahaan yang menilai perempuan tidak cocok untuk bekerja di perusahaan teknologi.
"Membedakan hanya untuk meningkatkan representasi wanita di bidang teknologi sama sesat dan biasnya dengan mewajibkan peningkatan representasi perempuan tunawisma, kematian terkait pekerjaan, kekerasan, penjara, dan putus sekolah," tulisnya.
Karyawan ini juga menulis mengenai gaji perempuan yang lebih rendah dibanding pria secara nasional. Namun menurutnya, beberapa pekerjaan justru menawarkan gaji yang lebih besar untuk perempuan.
"Membedakan hanya untuk meningkatkan representasi wanita di bidang teknologi sama sesat dan biasnya dengan mewajibkan peningkatan representasi perempuan tunawisma, kematian terkait pekerjaan, kekerasan, penjara, dan putus sekolah," tulisnya.
Ia juga mengeluhkan gaji perempuan yang lebih rendah dibanding laki-laki secara nasional. Namun menurutnya, beberapa pekerjaan justru menawarkan gaji yang lebih besar untuk perempuan.
Dalam masukannya terhadap perusahaan, karyawan ini meminta Google dan masyarakat bisa 100 persen adil dengan tidak membenarkan bias yang sudah ada atau mengharuskan kaum minoritas untuk mendapatkan pengalaman yang sama dengan mayoritas.
(evn/ara)