Google Dilanda Isu Kesetaraan Gender

CNN Indonesia
Senin, 07 Agu 2017 17:14 WIB
Seorang karyawan Google menuliskan memo internal mengenai kesenjangan yang diterima antara pekerja laki-laki dan perempuan, termasuk dalam hal penerimaan gaji.
Google kembali ditempa isu kesetaraan gender. (oto: REUTERS/Dado Ruvic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Raksasa teknologi Google saat ini kembali dilanda isu kesetaraan gender. Isu ini mulai memanas ketika seorang teknisi software senior yang tidak disebutkan namanya menuliskan memo internal. Dalam memo tersebut ia mengungkapkan pendapat pribadinya yang berujung viral di kalangan perusahaan.

Memo berjudul "Google's Ideological Echo Chamber" menggambarkan kesenjangan representasi antara pria dan wanita di bidang software engineering. Hal itu diklaim akan tetap ada karena perbedaan biologis antara kedua jenis kelamin.

"Rata-rata, pria dan wanita berbeda secara biologis dalam banyak hal," tulisnya, kemudian menerangkan penyebab perbedaan yang tidak terbangun secara sosial tersebut.

Ia juga mengatakan Google seharusnya tidak menawarkan program untuk ras atau gender minoritas yang kurang terwakili. Singkatnya, penulis menganggap bahwa wanita tidak cocok bekerja di perusahaan teknologi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Membedakan hanya untuk meningkatkan representasi wanita di bidang teknologi sama sesat dan biasnya dengan mewajibkan peningkatan representasi perempuan tunawisma, kematian terkait pekerjaan, kekerasan, penjara, dan putus sekolah," tulisnya.

Karyawan ini juga menulis mengenai gaji perempuan yang lebih rendah dibanding pria secara nasional. Namun menurutnya, beberapa pekerjaan justru menawarkan gaji yang lebih besar untuk perempuan.

"Kita benar-benar perlu memikirkan kembali stereotipe kita di atas kekuasaan," lanjutnya.

Dalam masukannya terhadap perusahaan, karyawan ini meminta Google dan masyarakat untuk bisa 100 persen adil dengan tidak membenarkan bias yang sudah ada atau mengharuskan kaum minoritas untuk mendapatkan pengalaman yang sama dengan mayoritas.

"Saya juga tidak mengatakan bahwa kita harus membatasi orang pada peran gender tertentu; Saya menganjurkan hal yang sebaliknya: memperlakukan orang sebagai individu, bukan hanya anggota kelompok mereka (tribalisme) lainnya," tulisnya.

Dokumen Google Doc 10 halaman tersebut banjir cemoohan dari sebagian besar karyawan yang melihat isinya. Tapi Jaana Dogan, seorang insinyur perangkat lunak di Google, mencuitkan bahwa sebagian orang di perusahaan setuju dengan si penulis memo.

Meski dokumen ini hanya berisi pemikiran satu karyawan, is kesetaraan gender di internal Google kini tengah diselidiki oleh Departemen Tenaga Kerja.

Mengutip Motherboard, salah satu penyelidikan terkait kesenjangan gaji antara pekerja laki-lakio dan perempuan yang sudah sejak lama menjadi momok berulang di kawasan Silicon Valley--tempat yang dianggpa mendiskriminasi perempuan serta orang-orang non-kulit putih.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER