Cuaca Panas di Jakarta Akan Terasa Hingga Akhir September

Ervina Anggraini | CNN Indonesia
Selasa, 19 Sep 2017 11:43 WIB
Fenomena cuaca panas dan terik dalam beberapa hari terakhir diprediksi masih akan terjadi hingga akhir September nanti.
Fenomena cuaca panas dan terik di daerah Jakarta dan sekitarnya diprediksi masih akan terjadi hingga akhir September nanti. (Foto: CNNIndonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Cuaca panas dan terik yang melanda sebagian Sumatera, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara terjadi hampir sepekan terakhir.

Deputi Klimatologi BMKG Mulyono Prabowo menegaskan kondisi tersebut masih akan terjadi hingga akhir September nanti.

Kondisi tersebut lantaran gerak semu matahari yang saat ini berada tepat di sekitar khatulistiwa sehingga radiasi matahari yang masuk cukup optimal. Mulyono menyebut, cuaca panas yang terjadi lantaran jarak matahari dan Bumi saat ini terdekat tepat di area Indonesia.

"Dalam beberapa hari sebelum dan sesudah tanggal 23 September, suhu udara di Indonesia akan lebih tinggi ketimbang waktu lain di luar bulan September," jelasnya melalui sambungan telepon dengan CNNIndonesia.com, Selasa (19/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, kondisi ini normal terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau. Fenomena cuaca panas dan terik menjadi hal yang lazim terjadi di negara tropis seperti Indonesia.

Dari hasil monitoring BMKG, suhu udara dalam beberapa hari terakhir masih berada di batas normal suhu maksimal yakni berkisar antara 34 hingga 37,5 derajat Celcius.

Fenomena cuaca panas disebut Mulyono juga mendapat kontribusi dari angin di daratan Australia. Angin kering yang berhembus di sana berhembus ke sebagian area Indonesia hingga membuat suhu udara kering hingga cenderung lebih panas.

Lebih lanjut, Mulyono menegaskan pihaknya belum bisa memprediksi waktu puncak cuaca panas tertinggi hingga akhir bulan nanti. Alasannya, lantaran potensi pertumbuhan awan hingga saat ini terpantau masih sedikit.

"Kalau bicara prediksi puncak cuaca panas rasanya sulit, karena hingga saat ini potensi pertumbuhan awan yang memayungi Indonesia masih sedikit sehingga suhu udara di permukaan menjadi lebih panas," ungkapnya. (evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER