Jakarta, CNN Indonesia -- Arus lalu lintas menuju Taman Ismail Marzuki mulai padat sejak pukul 5 sore pada Rabu (31/1). Hilir mudik masuk kendaraan dan pejalan kaki menuju ke Planetarium yang berlokasi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat tersebut.
Saat memasuki kawasan TIM petang tadi, antrean menonton gerhana itu belum terlalu panjang. Meski begitu telah tampak ratusan orang sudah berdiri mengular menuju 16 teropong yang disediakan panitia planetarium untuk pengamatan gerhana bulan total nan langka dan dikenal sebagai
Super Blue Blood Moon ini.
Namun, jumlah antrean warga seketika membludak terutama setelah azan magrib berkumandang. Kepala Satuan Pelaksana Teknik Pertunjukan dan Publikasi Planetarium TIM Eko Wahyu menyatakan pihaknya memprediksi sekitar 5-7 ribu warga sudah memenuhi area pengamatan untuk menyaksikan gerhana bulan total nan langka malam ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain penasaran, fenomena alam yang terjadi terbilang saat waktu malam baru merambat itu menjadi salah satu alasan pula warga mendatangi planetarium. Mereka memaparkan antusiasmenya melihat bulan yang tampak merah saat bayangan bumi mulai menutupi.
 Akibat kondisi cuaca yang berawan, fenomena proses gerhana bulan total yang terpantau di Jakarta terkadang tertutup awan melintas beberapa saat. (ANTARA FOTO/Ismar Patrizki) |
Menonton karena Tugas Sekolah
Salah satu warga yang penasaran adalah Ida. Ia membawa empat buah hatinya dari kawasan Jakarta Selatan menuju TIM pada Rabu sore.
Ida menumpang taksi online bersama empat buah hatinya dari Pondok Pinang, Jakarta Selatan menuju ke TIM sore ini. Ia menembus kemacetan Jakarta di petang hari demi menuruti permintaan anak-anaknya yang mendapat tugas sekolah mengamati Gerhana Bulan.
“WhatsApp grup wali murid diingatkan sama gurunya mbak untuk mengajak anak-anak mengobservasi gerhana. Padahal ini juga pertama kalinya buat saya nonton gerhana melalui teropong,” kata Ida sesaat setelah mengintip bulan melalui teropong.
Meskipun sebetulnya fenomena alam itu bisa diamati di wilayah mana saja di Jakarta tanpa bantuan teropong khusus, Ida mengaku ingin pula memberikan penjelasan yang lebih detail kepada anak-anaknya.
Itu terlihat saat kami sedang berbincang, anak-anak Ida terkadang bertanya seputar gerhana malam ini kepada ibunya. Empat anaknya tampak ingin tahu dan takjub dengan fenomena ini.
“Dari tadi saya bantu jelaskan pada anak-anak apa itu gerhana bulan. Masak awalnya dikira gerhana itu melihat planet,” ujarnya lalu tertawa kecil merasa geli dengan pendapat buah hatinya.
Untuk pengamatan bersama gerhana bulan total malam ini, Planetarium Jakarta bekerja sama dengan Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ). Selain membantu menyediakan 9 teropong, HAAJ juga memberikan penjelasan mengenai fenomena GBT pada masyarakat yang diberi waktu meneropong 1-2 menit.
Cerita lain dibagikan tiga murid SMPN 2 Jakarta, Andira, Devia dan Aulia. Ketiganya datang ke TIM karena penasaran dengan gerhana yang diketahui langka karena fenomena
Super Blue Blood Moon ini. Malam ini bukanlah pengalaman pertama mereka menyaksikan gerhana di planetarium. Mereka juga mengaku hadir pada Gerhana Matahari Total pada 2016 silam.
“Gerhana Matahari lebih seru sih kak karena langsung gelap gulita semuanya. Kalau ini kan enggak. Tapi tetap seru,” celoteh Andira.
Devia juga mengatakan bahwa ini pertama kalinya mereka melihat gerhana Bulan Total. Oleh karena itu, mereka bersemangat mengantre dan menyaksikannya hingga selesai.
Antusiasme itu juga terlihat dari respons masyarakat ketika bulan tertutup awan. Masyarakat bersorak dan bertepuk tangan tiap kali bulan tersibak maupun tertutup mendung.
Soal mereka yang hadir, Eko memperkirakan sekitar 7-8 ribu orang akan memadati Planetarium TIM saat gerhana total terjadi mulai pukul 20.00 WIB. Tempat ini sendiri mampu menampung 9-10 ribu massa.
Secara resmi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan sejumlah titik pariwisata yang menjadi lokasi nonton bersama Gerhana Bulan Total. Sembilan tempat itu selain Planetarium TIM adalah Monas, Ancol, Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Taman Fatahillah, Kepulauan Seribu, Taman Mini Indonesia Indah, serta Taman Impian Jaya Ancol. Di titik-titik tersebut, warga tampak antusias menyaksikan gerhana bulan total nan langka karena dikenal dengan fenomena
Super Blue Blood Moon tersebut.
(kid)