Jakarta, CNN Indonesia -- Armada bus Transjakarta yang mudah terbakar menjadi momok para pengguna. Kondisi tersebut lantaran buruknya kualitas bus pada komponen kelistrikan yang mengakibatkan bus terbakar.
Menghindari insiden terbakarnya armada angkutan umum paling vital di Jakarta itu, PT Transportasi Jakarta meninggalkan bus-bus yang dianggap tidak aman dan beralih ke merek bus yang lebih aman dan nyaman untuk masyarakat.
Direktur Utama Transjakarta Budi Kaliwono menjelaskan armada bus yang kerap bermasalah adalah asal China. Di samping mencegah bus terbakar, alasan lain tak terpilihnya bus asal negeri tirai bambu itu tidak memiliki agen pemegang merek (APM) di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Bus) China tidak jelek, cuma itu tidak ada agen untuk perawatan. Bus Scania kuat, Mercedes-Benz kuat. Jadi karena tidak punya perawatan (bus China di Indonesia), kami tidak bisa maksimal," kata Budi di Kudus, Jawa Tengah, kemarin.
Menurut Budi saat ini Transjakarta lebih memilih menggunakan merek bus asal Eropa, seperti Scania dan Mercedes-Benz yang menggantikan bus China seperti Zhongtong dan Ankai yang belakangan mendapat perhatian karena kualitasnya yang buruk.
Ia menjelaskan bahwa bus-bus Transjakarta merek Eropa sudah memiliki 'penangkal' berupa tombol. Tombol tersebut untuk memutuskan arus listrik ketika tiba-tiba terjadi arus pendek atau korsleting.
Budi memaparkan tombol itu sebenarnya juga dimiliki bus China. Tetapi, tombol tersebut tidak dibuat terpisah seperti yang ada pada bus Eropa. Posisi tombol 'panik' yang baik dinilai sangat penting untuk menghindari sopir merasa kebingungan ketika kondisi darurat.
Umumnya, tombol pemutus aliran listrik bus-bus Eropa terletak pada sisi kanan sopir, dibuat terpisah dengan panel lainnya warna merah. "Pengalaman bus China yang terbakar, (tombolnya) bukan merah tapi hitam. Posisi tombil di tengah (dasbor)," tutup Budi.
(mik)