Jakarta, CNN Indonesia -- Pakar kecerdasan buatan mulai menaruh perhatian penting terhadap bahaya kecerdasan buatan (AI) bagi manusia.
Setiap kecerdasan buatan yang dikembangkan untuk tujuan baik, justru memiliki potensi yang bisa disalahgunakan juga.
Riset berjudul
'The Malicious Use of Artifiial Intelligence: Forecasting, Prevention, and Mitigation' mengungkap dua sisi yang akan selalu membayangi kemajuan AI dalam lima tahun kedepan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pakar memastikan AI memang bisa memudahkan pengambilan keputusan atau membantu orang, tergantung pada bagaimana sistem itu dikembangkan. Bagi pengembang yang sengaja menjadikan AI sebagai senjata untuk melakukan kejahatan, pakar menyebut setidaknya ada tiga potensi bahaya dalam bidang digital, fisik, dan politik.
Potensi bahaya dari sisi digital disebut bisa memicu kemunculan phising otomatis dengan membuat email, situs, dan link palsu untuk mencuri informasi. Dismaping itu peretasan disebut bisa terjadi dengan lebih cepat dan sistem AI yang bisa dikelabui.
Dari sisi fisik, pakar melihat AI bisa mengotomasi aksi terorisme menggunakan drone atau senjata otonom. Kemunculan robot juga diprediksi membuat AI jadi senjata untuk melancarkan serangan jarak jauh.
Potensi yang tak kalah berbahaya dilihat dari bidang politik yang dikhawatirkan memicu propaganda melalui gambar dan video palsu. Jejak digital nantinya juga bisa menghapus teks atau gambar secara otomatis.
Informasi pribadi yang tersedia untuk publik juga berpotensi dipakai oleh orang tidak bertanggung jawab untuk hal-hal merugikan. Mengutip
Quartz, para pakar berharap hasil riset ini membantu industri, akademisi, dan pemerintah menyikapi tren adopsi AI dengan lebih bijak.
Riset yang melibatkan pakar dari kalangan akademisi dan industri dari 14 institusi di Oxford, Inggris juga kian aktif mencari solusi potensial untuk menghadapi bahaya yang disebutkan di atas.
(evn)