Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Cook mendorong perlunya regulasi yang disusun dengan cermat untuk mengatur soal penggunaan data pribadi. Hal ini diungkap Cook saat berbicara di forum tahunan China Development Forum di Beijing.
"Saya kira situasi ini sangat menakutkan dan menjadi sangat besar sehingga mungkin diperlukan regulasi yang dipersiapkan dengan cermat," jelasnya saat ditanya apakah penggunaan data pribadi perlu dibatasi terkait dengan insiden Facebook, seperti dikutip
Bloomberg, Senin (26/3).
"Kemampuan bagi siapapun untuk mengetahui apa yang sudah diramban selama tahunan, siapa kontak Anda, dan kontak mereka, apa yang kamu suka dan tidak dan tiap detil hidup Anda, menurut pandangan saya tidak seharusnya ada."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cook juga menyebut kekhawatirannya bahwa sudah bertahun-tahun orang di banyak negara telah menyerahkan data pribadi mereka tanpa menyadari apa yang mereka lakukan. Mereka juga mungkin tak sadar ada pihak yang tengah membangun profil pengguna.
Cook juga menyebut, mereka yang tak sadar datanya dikoleksi ini sangat mungkin akan tersinggung ketika sesuatu terjadi. "Kebetulan, prediksi ini telah jadi kenyataan lebih dari sekali," tandasnya.
Apple sendiri memiliki model bisnis yang berbeda dari Facebook dan Google. Keduanya mengandalkan pendapatan dari iklan, sementara Apple tak memiliki bisnis iklan yang mendasar. Meski ia tetap mendapat pendapatan iklan dari pencarian di App Store, seperti ditulis
Business Insider.
Alih-alih mendapat uang dari iklan, Apple menghasilkan pendapatan dari penjualan perangkat keras premium, baik smartphone hingga komputer desktop.
Sejarah untuk menjaga privasi Apple telah digaungkan Steve Jobs sejak 2010. Belakangan Apple mempromosikan keamanan privasi pengguna dengan menyebut, "di Apple, kami percaya privasi adalah hak azasi manusia yang mendasar."
Dilaporkan
Yahoo Finance, saham FB turun sebesar 10% dalam seminggu terakhir membuat perdebatan antara perusahaan teknologi dan firma pengumpul data mengenai perlu atau tidaknya regulasi mengenai kebijakan privasi di buat.
Kejadian ini membuat co-founder Mark Zuckerberg mengharuskannya membuat surat permohonan maaf secara publik di laman Facebooknya dan mengatur ulang kebijakan privasi dengan developer aplikasi yang meyebabkan bocornya 50 juta data pengguna untuk kampanye kemenangan Trump oleh Cambridge Analytica.
(eks/btg)