Jakarta, CNN Indonesia -- Insiden tumpahan minyak di Balikpapan, Kalimantan Timur pada pekan lalu diduga menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan. Sedikitnya ada dua cara untuk mengecilkan pengaruh buruk tersebut.
Di sisi lain, ada pula dampak harus diwaspadai.
Ahli Ekotoksikologi Departemen MSP FPIK di Institut Pertanian Bogor (IPB) Etty Riani mengingatkan bahan minyak yang dapat menguap gara-gara terkena panas. Jika terhirup, maka zat yang masuk ke paru-paru dapat berbahaya bagi makhluk hidup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"[Ketika minyak tumpah dan tidak terambil] akan ada reaksi fotoreaksi. Pada fotoreaksi ini akan membuat bahan-bahan di minyak menguap dan bisa terhirup. Akan berbahaya dan akan mengganggu pernafasan," kata dia saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (4/4).
Fotoreaksi secara umum adalah aksi yang melibatkan cahaya.
Etty juga menyatakan ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menangani tumpahan minyak tersebut di antaranya adalah
Oil Boom. Alat itu digunakan untuk mengurung tumpahan minyak di air dan biasanya jadi upaya pertama untuk mengatasi masalah tersebut.
"
Oil Boom prinsipnya menahan gerakan minyak saja sehingga minyak tetap terkumpul dalam
Boom, dipindahkan dari laut dengan cara penyedotan," kata dia.
Cara kedua adalah
Oil Skimmer, yakni memisahkan partikel cair yang berada di atas cairan lain atau cairan yang mengambang karena tidak sejenis.
"
Oil Skimmer mengambil minyak dari permukaan air. Sedot minyak dari air dengan menyerap minyak dengan material yang berpori atau mengikat minyak pada suatu material, kemudian dipisahkan dari air atas perbedaan massa jenis," katanya.
Oil Skimmer cocok digunakan di perairan seperti Teluk Balikpapan jika lautnya tenang. Apalagi, jika minyak yang tumpah masih terkumpul.
Ukuran Lebih KecilEtty meminta pengendalian insiden ini tidak menggunakan
Oil Spill Dispersant yang justru mengandung bahan kimia. Zat kimia itu justru akan membuat minyak yang menggumpal akan berubah menjadi lebih kecil ukuran partikelnya-yang berbahaya bagi hewan dan manusia.
Sementara itu, polisi hingga saat ini diketahui masih menyelidiki kapal terbakar yang diduga membawa batu bara tersebut. Pertamina menampik kapal itu adalah milik perusahaan.
Dua nelayan dilaporkan meninggal karena kebakaran di Teluk Balikpapan ini, sementara 162 kapal nelayan masih tak bisa melaut. Satu pesut juga diduga terdampar mati karena terkontaminasi minyak tersebut.
(asa)