Jakarta, CNN Indonesia -- Facebook terus gencar menindaklanjuti akun-akun yang menyalahgunakan platform itu untuk kepentingan politik dengan menyebar kabar palsu. Facebook pun telah menghapus ratusan akun dari Rusia yang diduga menjadi 'pabrik penyebar hoaks'.
Facebok mengatakan bahwa sebagian besar akun dan postingan yang dihapus tersebut berasal dari Federal News Agency yang berbasis di Rusia atau lebih dikenal sebagai FAN. Tim keamanan Facebook telah menyimpulkan FAN secara teknologis dan struktural terhubung dengan badan Internet Research Agency yang berkantor di St. Petersburg, Rusia.
Bos Facebook, Mark Zuckerberg mengatakan kepada
Reuters, Selasa (4/4), bahwa FAN sudah berulangkali menipu dan memanipulasi banyak orang dari berbagai belahan dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan kami tidak akan membiarkan mereka hadir di Facebook," dikutip
Reuters.
Perusahaan media sosial terbesar di dunia itu kini tengah mendapat tekanan besar untuk memperbaiki perlindungan privasi terhadap pengguna -- terutama setelah munculnya berita bahwa sekitar 50 juta informasi pengguna jatuh ke tangan bandan konsultansi politik Cambridge Analytica, yang pernah bekerja untuk tim kampanye Donald Trump.
Zuckerberg mengatakan bahwa kini mereka akan menghapus postingan yang bukan hoaks, namun disebar oleh akun palsu yang punya sejarah menyebar berita palsu.
Kebijakan baru ini akan mencakup konten yang sah yang disebarkan oleh aktor-aktor yang sama.
"Jelas dari bukti-bukti yang kami telah kumpulkan bahwa organisasi-organisasi tersebut dikendalikan dan dioperasikan oleh Internet Reasearch Agency (IRA)," kata dia.
Pada Februari lalu, IRA merupakan satu dari tiga perusahaan Rusia yang didakwa oleh kejaksaan khusus Amerika Serikat dengan tudingan bersekongkol dalam pemilu presiden dan mendukung Trump dengan menyebar berita negatif tentang kandidat presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.
Organisasi media di Rusia, RBC pada tahun lalu juga melaporkan bahwa FAN dan IRA pernah mempunyai alamat yang sama.
Sementara itu pada September lalu, Facebook mengatakan bahwa Rusia menggunakan Facebook untuk mencampuri politik dalam negeri Amerika Serikat, dengan mengunggah postingan di media sosial melalui akun palsu selama beberapa bulan menjelang pemungutan suara tahun 2016.
Zuckerberg menambahkan, bahwa mesin berkecerdasan artifisial yang dikembangkannya telah membantu melacak hubungan postingan-postingan itu dengan IRA. Dia menegaskan bahwa pihaknya akan segera melakukan hal yang sama jika ada postingan bukan hoaks, namun disebar oleh kelompok manipulator seperti IRA.
"Kami akan beroperasi sesuai dengan prinsip kami. Kami tidak akan membiarkan orang-orang untuk membuat akun palsu, dan jika Anda berulangkali membuat akun palsu untuk menyebar kebohongan, maka kami akan menghapus semua akun Anda," kata Zuckerberg.
Saat ini Facebook tengah berupaya melacak semua akun dalam jaringan IRA, yang terlibat dalam pendanaan akun-akun pendukung Trump, pro pengetatan perbatasan, dan sejumlah topik-topik lainnya. Kebijakan terbaru Facebook ini diperkirakan akan mendapat balasan keras dari otoritas internet Rusia.
(osc)