Jakarta, CNN Indonesia -- Konten video diprediksi akan merajai lalu lintas data hingga 89 persen pada 2025. Hal ini diungkap William Xu, Chief Strategy Marketing Officer Huawei dalam Global Industry Vision (GIV) 2025 di Shenzen, China.
Tingginya konsumsi konten video ini juga berpengaruh pada pola komunikasi. Nantinya, rata-rata konsumsi data tiap orang di dunia diprediksi naik 30 kali lipat hingga mencapai 4 GB per harinya.
Dengan demikian, Xu mengatakan pemanfaatan AI di perusahaan telekomunikasi akan membantu mengatasi kepadatan jaringan akibat tingginya akses konten video ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Xu memberi contoh penerapan AI yang paling dekat berasal sistem pemeliharaan di perusahaan telekomunikasi. Menurutnya operator akan lebih mudah mengantisipasi timbulnya masalah di jaringan mereka karena AI dapat menganalisis dan memberi solusi sebagai antisipasi.
"Sehingga akan ada pemangkasan ongkos pemeliharaan yang cukup signifikan," ucap William di ajang Huawei Global Analyst Summit 2018 di Shenzhen, China, Selasa (17/4).
Tak cuma perusahaan telekomunikasi, Huawei juga mengungkap kalau 86 persen korporasi akan menggunakan AI dalam operasional mereka. Potensi ekonomi dalam pemanfaatan AI ini diprediksi mencapai US$23 triliun.
Perangkat pintar melonjakLaporan tersebut juga mendapati perangkat pintar akan melonjak seiring populernya AI. Sekitar 40 miliar perangkat cerdas, 12 persen dari tempat tinggal akan memiliki robot pelayan, 440 juta pengguna VR/AR.
Secara total, mereka memperkirakan akan ada 100 miliar koneksi yang tercipta di seluruh dunia pada 2025 nanti.
Namun yang tak kalah penting, emisi karbon dari setiap koneksi yang tercipta ini diperkirakan turun hingga 80 persen pada 2025.
Perlu internet cepatKendati demikian kondisi tersebut memerlukan syarat yang cukup berat yakni jaringan internet berkecepatan tinggi, yang notabene belum terpenuhi di Indonesia.
"Yang diperlukan agar semua benda terhubung adalah 5G dan ultra broadband," ujar Direktur Eksekutif Huawei, David Wang.
Indonesia mulai mencicipi kecepatan 4G secara komersial pada 2015 lalu. Mengingat masa perjalanannya yang masih tergolong singkat, para operator seluler diperkirakan tak akan beralih ke 5G dalam waktu dekat.
Sementara beberapa negara seperti Korea Selatan dan Jepang diketahui mulai berancang-ancang menerapkan jaringan 5G. Efek paling hebat dari 5G ini adalah koneksi internet berkecepatan gigabits per second (Gbps).
(eks)