Jakarta, CNN Indonesia -- Google membenarkan dan mengakui beberapa layanannya tak bisa digunakan di Rusia. Pernyataan tersebut menanggapi keluhan masyarakat di Rusia karena tak mampu mengakses Google Search, push notifikasi di Android maupun Gmail.
"Kami mengetahui laporan dari beberapa pengguna di Rusia bahwa mereka tidak bisa mengakses beberapa produk Google dan akan menyelidiki laporan-laporan tersebut," terang juru bicara Google pada TechCrunch.
Komentar Google tersebut keluar bersamaan dengan pengumuman Russian Regulator Roskomnadzor (RKN), federasi pengatur telekomunikasi, IT dan komunikasi massal Rusia. RKN mengumumkan telah memblokir 19 juta alamat IP, banyak dari mereka merupakan aplikasi pihak ketiga yang menggunakan Google Cloud seperti Twitch atau Spotify.
Rusia tak jauh berbeda dengan China yang gemar memblokir secara permanen konten internetnya. Sepekan lalu, mereka memblokir Telegram karena perusahaan Pavel Durov itu menolak memberikan "pintu belakang" untuk layanan terenkripsi mereka pada pemerintah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, 2 juta dari 14 juta lebih pengguna Telegram di Rusia tetap mengakses layanan perpesanan itu tanpa perantara. Sebab, pengguna bisa menggunakan aplikasi untuk melewati pemblokiran pemerintah dengan layanan proxy.
"[Cara] RKN memblokir Telegram sangat buruk, jadi kebanyakan orang tetap menggunakannya tanpa perantara," kata Ilya Andreev, COO dan pendiri Vee Security, yang telah menyediakan layanan proxy untuk melewati larangan tersebut.
Telegram juga dilarang untuk digunakan di negara kelahirannya sendiri karena kemampuannya untuk "loncat" ke IP baru jika IP lama pengguna diblokir. Kemampuan tersebut di masa lalu pernah dimiliki aplikasi kecil Rusia yang disebut Zello.
Kemampuan loncat itu berdampak pada produk dari perusahaan lain hingga Amazon dan Google meminta Zello untuk menghentikan loncatannya. Pada akhirnya, Zello bisa diakses kembali pada akhirnya di Rusia.
Andreev percaya bahwa Rusia tak akan bisa terus menerus menggertak seluruh pemain internet untuk menuruti permintaan pemerintahnya. Sebab, berita mengenai pemblokiran ini akan berdampak buruk bagi citra Rusia yang saat ini sedang mempersiapkan Piala Dunia 2018.
"Rusia tidak bisa terus memblokir secara acak hal-hal di internet. Mereka sedang bekerja untuk membuat citra mereka lebih menggoda untuk para tamu asing dalam rangka Piala Dunia," kata dia mengungkap kekhawatiran pengunjung asing yang tiba-tiba tak mampu mengakses Gmail.
Atas pemblokiran Telegram, CEO Pavel Durov meminta masyarakat Rusia untuk menerbangkan pesawat dari kertas dari jendela rumah mereka sebagai tanda dukungan pada Telegram pada Minggu (22/4). Pesawat kertas itu digambarkan Durov sebagai gerakan kecil, flashmob dalam "Perlawanan Digital".
(age)