Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Balai Taman Nasional (TN) Ujung Kulon Mamat Rahmat mengatakan bahwa Badak Jawa di tempat yang dikelolanya sudah menunjukkan ciri-ciri perkawinan sedarah hewan yang memiliki nama latin
Rhinoceros Sandaicus.
Menurut Rahmat, hal tersebut karena populasi badak hidup hanya di satu habitat dengan luas 45 ribu hektar sehingga antar saudara saling berkumpul. Padahal dengan perkawinan sedarah, gen spesies akan menurun kualitasnya.
"Kalau ada genetik
degration akan turun kualitas kesehatannya. Postur tubuhnya akan mengecil, peluang hidupnya akan berkurang. Ini ciri-ciri satwa yang sudah mengalami
in breeding. Akan riskan terjadi
in breeding dan riskan terhadap kepunahan," papar Rahmat saat jumpa pers di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta pada Kamis (26/4).
Kepunahan karena perkawinan sedarah menurut Rahmat bisa dihindari melalui beberapa upaya. Salah satunya adalah membuat rumah kedua bagi para Badak Jawa di Ujung Kulon dan yang kedua adalah melakukan inseminasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita buat habitat kedua. Nanti dilihat kekerabatan yang agak jauh, diduga ada dua kelompok yang agak jauh. Mereka dipisahkan kemudian kawin silang, sehingga akan memurnikan kembali genetiknya," terang Rahmat.
Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) No. 43 tahun 2017 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Badak Indonesia, Badak Jawa memang seharusnya memiliki habitat kedua. Sejauh ini, Kemenhut dan mitra-mitranya telah melakukan survei ke 10 lokasi yang berpotensi sejak 2010.
"Tapi yang mendekati baru satu di Cikepu, tapi masih ada masalah dengan izin pakai dengan TNI di sana. Ini yang sedang dibicarakan lebih lanjut," imbuhnya.
Inseminasi di sisi lain akan dilakukan di suaka badak jawa yang saat ini sedang dibangun di atas 5000 ha di Ujung Kulon. Suaka tersebut nantinya akan memiliki blok-blok pengembangan, penelitian hingga wisata.
Dalam blok pengembangan dan penelitian, Kementerian LHK dan TN Ujung Kulon akan melakukan analisis genetik dengan sistem inseminasi buatan dan stock breeding. Pihaknya tak ingin berpasrah pada kondisi alam.
Menurut Rahmat, pihaknya akan mengandangkan badak-badak tua yang sudah tidak produktif untuk menjadi area wisata oleh masyarakat. Sementara, badak yang masih produktif akan diletakkan di suaka untuk dikembangbiakkan.
"Secara visual dari video, kami sudah mengindentifikasi bahwa paling tidak ada 18 individu jantan dan betina yang potensial genetiknya paling bagus, produktivitas paling tinggi. Target kami adalah mengamankan yang 18 ini untuk ke suaka untuk dikawinkan atau dipindah ke habitat kedua," paparnya.
Sementara itu, dari 68 populasi Badak Jawa di dunia hanya 30 betina, sedangkan pejantan sebanyak 37 individu. Jumlah ini menyebabkan ketidakseimbangan ratio seks yang berujung pada terlalu ketatnya persaingan untuk mendapatkan pasangan kawin.
Berdasarkan umurnya, badak dewasa-tua berjumlah 53 setelah kematian Samson awal pekan silam. Sisanya adalah anak-anak sehingga rentan terhadap kepunahan jika terjadi penyebaran penyakit menular atau bencana alam.
(age)