Jakarta, CNN Indonesia -- Ada tiga hal utama dari pertemuan antara Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dan utusan Facebook. Satu di antaranya adalah perintah agar
Facebook mengupayakan cara lain untuk mencegah insiden
Cambridge Analytica terulang kembali.
Kehadiran Rudiantara ke hadapan pers pada Senin (7/5) siang ditemani oleh Vice President Public Policy Facebook Asia Pacific Simon Milner, Law Enforcement Facebook Asia Pacific James, dan Head of Public Policy Facebook Indonesia Ruben Hattari.
Rudiantara mengaku sudah meminta jejaring sosial itu menyelidiki kemungkinan aplikasi penambang data lain serupa yang dimanfaatkan oleh Cambridge Analytica. Ia merujuk pada penemuan aplikasi CubeYou dan AggregateIQ setelah insiden kebocoran data yang melibatkan 1 juta pengguna asal Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tadi saya sampaikan enggak bisa hanya menunggu dari otoritas Inggris, harus cari upaya yang lain karena kemungkinannya kita enggah tahu apakah cuma Cambridge Analytica," ujar Rudiantara di kantor Kemenkominfo di kawasan Monas, Jakarta Pusat.
Pihak Kemenkominfo sebelumnya menerbitkan surat peringatan kedua kepada Facebook ketika mereka menemukan CubeYou dan AggregateIQ masih bisa diakses di Indonesia.
Poin kedua yang diutarakan oleh Rudiantara adalah penanganan konten negatif di Facebook. Menurutnya, kepatuhan media sosial buatan Mark Zuckerberg ini masih rendah dalam menindak konten negatif yang masih 68 persen saja.
"Saya bilang beresin lagi sisanya," katanya.
Semakin tinggi persentase angkanya, semakin tinggi tingkat kepatuhan media sosial dalam menindak konten negatif.
Poin terakhir adalah penekanan koordinasi dengan kepolisian. Koordinasi itu diperlukan lantaran kepolisian menyelidiki potensi kejahatan dalam kebocoran data yang terjadi.
Di sisi lain, Simon Milner menjelaskan pihaknya masih menunggu hasil investigasi otoritas Inggris sembari mengaudit aplikasi penambang data serupa yang dimanfaatkan Cambridge Analytica yang beredar pada 2014 lalu.
Milner berjanji akan segera mengabari publik dan pemerintah Indonesia ketika hasil audit tersebut selesai.
"Jadi kami sedang meneliti kegiatan serupa yang dilakukan Alexander Kogan dengan Cambridge Analytica. Ketika ada temuan defintif kami akan membaginya secepat mungkin," tutur Milner.
(evn)