Puluhan Karyawan Mundur Usai Google Pilih Bantu Militer AS

Kustin Ayuwuragil | CNN Indonesia
Rabu, 16 Mei 2018 14:45 WIB
Puluhan karyawan Google memilih hengkang sebagai bentuk protes lantaran perusahaan memutuskan membantu militer AS.
Puluhan karyawan Google mengundurkan diri usai perusahaan diketahui membantu militer AS. (Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak tiga bulan terakhir, satu per satu karyawan Google mengundurkan diri dari posisinya di perusahaan sebagai wujud protes terhadap perusahaan. Mereka memprotes keputusan Google yang bersedia membantu proyek kontroversial milik militer AS, Proyek Maven.

Proyek ini bertujuan untuk mempercepat analisis dari video yang ditanggap drone yang secara otomatis mengklasifikasikan gambar obyek dan manusia. 

Karyawan yang hengkang beralasan mengundurkan diri karena khawatir mengenai etika dalam penggunaan kecerdasan buatan dalam perang. Alasan lain yang digunakan juga termasuk kekhawatiran yang lebih luas terkait keputusan politik Google dan memudarnya kepercayaan pengguna jika proyek itu dilanjutkan. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa karyawan sempat membagikan cerita mereka kepada Gizmodo. Mereka mengungkap bahwa atasan menjadi kurang transparan mengenai keputusan bisnis dan tampak kurang tertarik mendengar keberatan para karyawan. 

Sejumlah karyawan percaya bahwa manusia, bukannya algoritme, yang harus bertanggung jawab atas pekerjaan yang sensitif dan berpotensi mematikan ini. Para karyawan masih menganggap bahwa Google tidak boleh terlibat dalam pekerjaan militer sama sekali. 

"Selama beberapa bulan terakhir, saya semakin kurang terkesan dengan respons dan cara orang-orang diperlakukan dan didengarkan," ucap seorang karyawan yang mengundurkan diri kepada Gizmodo.

Selain pengunduran diri, hampir 4.000 karyawan Google telah menyuarakan protes mereka terhadap Proyek Maven dalam sebuah petisi internal. Petisi ini meminta Google untuk segera membatalkan kontrak dan lembaga militer di masa depan.

Mengenai isu tersebut, Google belum memberikan respons maupun komentar. Namun menurut New York Times, baik Amazon maupun Microsoft sebenarnya juga menyediakan layanan pada militer AS.

Google sendiri sebelumnya meyakinkan karyawannya bahwa kemitraannya dengan Pentagon "secara khusus hanya mencakup tujuan tidak menyinggung". Pentagon hanya akan menggunakan "perangkat lunak pengenal objek sumber terbuka yang tersedia untuk pelanggan Google Cloud." (evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER