Jakarta, CNN Indonesia -- Pekan lalu, sebuah badai pasir besar menghantam seperempat planet Mars. Kini, Lembaga Antariksa Amerika (NASA) menyatakan badai tersebut telah meliputi seluruh bagian planet.
Wahana penjelajah NASA yang digerakkan oleh solar, Opportunity berhenti berkomunikasi dengan para ahli NASA per tanggal 10 Juni lalu.
Hal ini disebabkan Opportunity tidak memiliki cukup daya untuk berfungsi, dan secara otomatis beralih ke 'sleep mode'. Ia juga menonaktifkan transmisi radio karena debu di Mars telah membuat siang menjadi seperti malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Opportunity adalah wahana penjelajah tertua yang beroperasi di Mars, sebab wahana ini sudah menjelajah selama 15 tahun . Ia tengah menghadapi badai di Perseverance Valley, dan para ahli berharap Opportunity akan kembali bangkit setelah badai berakhir.
Selama ini Opportunity mengobservasi Perseverance Valley untuk mencari tahu bagaimana lembah yag berada di pinggir Endeavor Crater itu terbentuk.
Opportunity tengah menguji apakah lembah itu terbentuk karena aliran air, erosi angin, atau kombinasi dari sejumlah faktor. Mempelajari hal ini dapat menambah wawasan tentang sejarah planet merah itu.
Namun, Opportunity tidak sendirian. Ia dibantu oleh wahana penjelajah lainnya, Curiosity, dan tiga pengorbit di langit, yaitu The Mars Reconnaissance Orbiter, The 2001 Mars Odyssey, dan MAVEN.
The Mars Reconnaissance Orbiter berperan seperti satelit cuaca dan telah memberikan peringatan awal tentang badai yang akan datang kepada Opportunity. Dua orbiter lainnya dapat mengukur jumlah debu dan mempelajari kondisi atmosfir bagian atas.
Curiosity yang digerakkan oleh baterai nuklir masih mengirimkan cuitan dan memotret selfie berbagai sisi lain planet merah ini. Hal ini dilakukan agar para ahli di NASA tetap mendapatkan informasi terkini tentang kondisi badai.
Curiosity tidak terlalu terkena dampak dari badai tersebut. Ia menghadap ke pinggir kawah, dan foto-foto yang diambilnya menunjukkan langit berkabut sekitar enam-delapan kali lipat lebih tebal dari musim panas biasa di Mars.
Kabut yang menghalangi cahaya matahari disebut Tau, dan telah mencapai tingkat 8 di atas Gale Crater, tempat Curiosity biasa beraktivitas. Ini adalah rekor bagi Curiosity. Pengukuran terakhir yang sempat diterima dari lokasi Opprtunity mencapai level 11, yang juga merupakan rekor untuknya.
Badai adalah hal yang biasa terjadi pada musim semi dan musim panas di Mars, tetapi biasanya berskala kecil dan hanya bertahan sekitar seminggu.
Namun, di saat-saat tertentu seperti tahun 2007 dan sekarang, badai meliputi seluruh planet dan dapat berlanjut hingga dua bulan. Badai yang saat ini terjadi dimulai pada 30 Mei lalu.
Gumpalan debu dapat mencapai ketinggian lebih dari 64,4 kilometer, yang menyebabkan partikel-partikel debu yang beku dapat bersirkulasi dan menyebabkan bencana debu global.
Curiosity dan ketiga orbiter siap untuk mengamati dan mempelajari badai unik ini. Para ahli yang mempelajari planet Mars sudah menantikan kesempatan ini sejak tahun 2007, karena melalui badai ini mereka dapat mengamati cuaca di Mars dengan cara yang baru.
"Ini adalah badai ideal untuk penelitian di Mars," kata Direktur Porgram Eksplorasi Mars NASA Jim Watzin di markas NASA di Washington, seperti dikutip dari
CNN.
"Kami memiliki sejumlah pesawat ruang angkasa yang beroperasi di Mars. Setiap pesawat memiliki perspektif unik tentang bagaimana badai-badai pasir terbentuk--informasi ini akan menjadi penting untuk misi-misi robotik dan manusia di masa mendatang," lanjutnya.
"Setiap observasi terhadap badai-badai besar membawa kita lebih dekat kepada kemampuan untuk merekayasa peristiwa tersebut--dan mungkin, suatu saat nanti, mampu meramalnya," ujar Kepala Peneliti di Kantor Program Mars miliki NASA.
"Itu akan seperti meramalkan badai El Nino di bumi, atau musim-musim badai yang akan datang."
(eks)