Jakarta, CNN Indonesia -- Rekognition, sebuah teknologi pengenalan wajah milik
Amazon salah mengidentifikasi wajah 28 orang anggota Kongres Amerika Serikat sebagai buronan polisi.
Pada Kamis (26/7), American Civil Liberties Union (ACLU) melakukan tes untuk membandingkan foto dari seluruh anggota kongres dengan 25 ribu foto pelaku kriminal. ACLU mengklaim hanya perlu membayar US$12,33 atau sekitar Rp178 ribu untuk membandingkan seluruh foto tersebut.
Hasil tes Rekognition menunjukkan bahwa ada 28 foto anggota kongres yang cocok dengan foto kriminal, dengan tingkat akurasi standar 80 persen. Hampir 40 persen dari jumlah tersebut adalah anggota kongres yang berkulit warna.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini polisi sudah menyasar orang-orang berkulit warna sebagai kriminal secara tidak adil, dan ACLU beranggapan penggunaan teknologi Rekognition dapat memperburuk hal ini.
"Teknologi pengamatan wajah masih cacat, bias, dan berbahaya," ujar pengacara ACLU Jacob Snow, dikutip dari Reuters.
Setelah tes tersebut, tiga orang anggota Kongres dari partai Demokrat yang wajahnya salah diidentifikasi yakni Edward Markey, Luis Gutiérrez, dan Mark DeSaulnier mengirimkan surat kepada CEO Amazon
Jeff Bezos.
Mereka menyatakan keprihatinan dan mempertanyakan akurasi serta penggunaan Rekognition dalam proses penegakan hukum.
Selain itu, dua orang anggota Kongres lainnya yakni Jimmy Gomez dan John Lewis juga mengirimkan surat terpisah yang meminta Bezos segera menghadiri pertemuan untuk membahas tentang ketidaksempurnaan teknologi Rekognition, agar dampak buruknya dapat dicegah.
"Ini adalah masalah serius," tutur Gomez kepada
CNN.
"Bias yang sudah ada kini telah menjadi digital, dan digunakan untuk merugikan orang-orang yang hidupnya sudah menghadapi banyak kesulitan."
Menanggapi hal ini, pihak Amazon malah melempar kesalahan kepada tingkat akurasi yang dipilih saat melakukan tes tersebut. Seorang juru bicara Amazon mengatakan tingkat akurasi 80 persen dapat digunakan untuk mengidentifikasi benda, bukan wajah manusia.
"Ketika menggunakan teknologi pengenalan wajah dalam aktivitas penegakan hukum, kami mengimbau pelanggan untuk mengatut tingkat akurasi minimal 95 persen," katanya.
(age/age)