Cara Hindari Efek Buruk Solar B20

M. Ikhsan | CNN Indonesia
Jumat, 27 Jul 2018 19:50 WIB
Dengan kebijakan ini, pemerintah berharap bisa mengurangi kebutuhan impor minyak mentah, namun ada efek untuk kendaraan mesin diesel.
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis minyak solar B20 banyak dikeluhkan produsen otomotif di Indonesia akibat efek setelah digunakan. Salah satunya PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) selaku distributor kendaraan niaga Mitsubishi.

"Solar B20 bisa dipakai (kendaraan Mitsubishi Fuso), tetapi ada juga konsekuensinya. Jadi perawatan khususnya di filter itu jadi lebih sering ganti," kata Direktur Penjualan dan Pemasaran KTB Duljatmono kepada CNNIndonesia.com, kemarin.

Menurut Duljatmono, dampak penggunaan solar B20 terhadap mesin produk Colt Diesel dan Fuso, adalah konsumen jadi lebih sering ganti saringan filter BBM. Untuk mengantisipasinya, PT KTB menyiapkan filter BBM ganda untuk setiap mobil yang dijual, khususnya Colt Diesel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Contoh gampang, normal 20 ribu kilometer baru ganti filter, nah sekarang 10 ribu kilometer sudah ganti. Ya buat konsumen jadi banyak cost (biaya). Tapi khusus seperti Colt Diesel, sudah kami lengkapi dengan double filter untuk antisipasi efek solar B20, sehingga dengan double filter jauh lebih panjang umurnya," ucap Duljatmono.
Tak sejalan dengan standar Euro 4

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O atau yang lebih dikenal dengan Standar Emisi Euro IV menjelaskan mesin bensin Euro 4 akan berlaku efektif September 2018.

Sementara untuk kendaraan diesel empat tahun ke depan atau pada 2021, sejak Permen ditandatangai pada 10 Maret 2017.

Keputusan pemerintah menerapkan standar kandungan nabati sebesar 20 persen pada bahan bakar biosolar (B20) dinilai banyak orang sebuah kemunduran, karena tidak sejalan dengan rencana mengurangi efek emisi gas buang dari bahan bakar solar dimulai pada 2021 mendatang.
Namun dari sudut pandangnya, Duljatmono menilai ini lebih kepada upaya negara dalam meningkatkan penggunaan kandungan nabati yang berlimpah di dalam negeri. Menanggapi kondisi ini, Ia pun menyarankan jika pemerintah harus membuat aturan yang jelas untuk kebutuhan masyarakat terkait dengan isu ramah lingkungan.

"Ini bukan masalah kemunduran atau tidak, tapi ada tujuan berbeda, pemerintah ingin menggunakan biodiesel itu pemanfaatan produk sawit kita untuk bahan bakar dan efisiensi. Sementara itu ini kita ada tuntutan emisi gas buang lebih bersih dengan Euro 4 nanti tahun 2021 untuk mesin diesel," ucapnya. (mik)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER