Riset Ungkap Akun Bot Twitter Efektif Ubah Pandangan Politik

Tim CNN Indonesia | CNN Indonesia
Minggu, 16 Sep 2018 21:37 WIB
Riset yang dilakukan oleh Australian National University mengungkap akun bot di Twitter efektif mengubah pandangan politik pemilih saat Pemilu AS tahun 2016.
Ilustrasi Twitter. (Foto: REUTERS/Regis Duvignau)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Australian National University menunjukkan akun bot atau program komputer otomatis di jejaring media sosial Twitter efektif mengubah pandangan politik.

Riset ini mengacu pada debat presiden Amerika Serikat tahun 2016, akun palsu memiliki pengaruh 2,5 kali lebih besar daripada akun miliki seseorang.

Penelitian ini berdasarkan analisis pada 6,4 juta cuitan yang diposting dalam durasi 90 menit selama proses debat televisi pertama antara Donald Trump dan Hilary Clinton. Dari 1,5 juta akun yang aktif selama periode tersebut, hanya 4,8 persen yang teridentifikas "jelas" sebagai bot.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Angka ini benar-benar mengecewakan mengingat kami telah melihat laporan lain dan studi yang mengklaim 20 hingga 30 persen dari akun Twitter adalah bot," kata salah satu peneliti utama, Timothy Graham.

Akun bot Twitter ditemukan para peneliti lebih terlibat dalam mengubah pandangan politik warga Amerika Serikat untuk mendukung partai Republik yang notabene merupakan partai pendukung Trump.

Peneliti melaporkan bot Twitter lebih sukses memengaruhi opini publik daripada seorang tokoh yang berpengaruh. Peneliti mengambil contoh Oprah Winfrey yang mendukung Demokrat sebagai tokoh yang kalah dari bot Twitter untuk memengaruhi opini publik.

"Mengejutkan untuk menemukan 4,8 persen bot itu rata-rata 2,5 kali lebih berpengaruh daripada manusia. Dan karena cara bot menempelkan diri pada pengguna yang berpengaruh, mereka lebih berhasil dalam mendapatkan akun asli untuk retweet dan setuju dengan mereka," kata Graham seperti mengutip CNet.

Oleh karena itu muncul pertanyaan apakah Trump menang pemilu 2016 karena bot. Graham mengatakan meskipun hasil penelitiannya kuat, ia berhati-hati untuk mengambil kesimpulan berdasarkan sampel 90 menit aktivitas Twitter yang diklaim sangat kecil.

(jpt/evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER