Jakarta, CNN Indonesia --
Facebook harus menerima kritikan pedas karena memungkinkan penjualan anak di Sudan Selatan telah terjadi dalam platformnya. Seorang remaja perempuan berusia 16 tahun dilelang di Facebook sejak 25 Oktober silam.
Dilansir dari
CNN, organisasi hak-hak anak-anak Plan International mengatakan gadis itu ditawar oleh lima pria. Beberapa di antaranya dilaporkan merupakan pejabat tinggi pemerintah Sudan Selatan.
Kejadian miris ini menuai keprihatinan aktivis anak dan perempuan sebab ayah gadis tersebut dilaporkan menerima 500 sapi, tiga mobil, dan US$10 ribu sebagai imbalan untuk putrinya. Kejadian ini dikhawatirkan dapat menginspirasi keluarga lain untuk menggunakan situs media sosial untuk menerima mahar yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenyataan bahwa seorang gadis bisa dijual untuk menikah di situs jejaring sosial terbesar di dunia pada saat ini sudah di luar batas keyakinan. Penggunaan teknologi 'biadab' ini mengingatkan pada pasar budak zaman akhir," kata Direktur Plan International Sudan Selatan, George Otim, mengatakan pada CNN, Rabu (21/11).
Otim memahami bahwa pembayaran yang ditawarkan adalah bagian dari budaya Sudan, tetapi dibawa ke tingkat lebih tinggi karena teknologi.
Aliansi Pengacara Wanita Sudan Selatan (NAWL) mengatakan kepada
CNN bahwa lelang itu tidak diposting oleh keluarganya, tetapi dilakukan oleh tetangganya. Namun, keluarga gadis itu mendapat keuntungan dari perang penawaran anak mereka.
Suzy Natana, pengacara di NAWL menerangkan bahwa gadis itu telah menikah dengan pria yang memenangkan lelang pada 3 November silam. Natana mengatakan bahwa gadis itu merupakan pengantin dengan mahar tertinggi yang pernah dilaporkan di wilayah tersebut.
Sementara itu, Facebook mengatakan bahwa mereka tidak tinggal diam atas kejadian tersebut. Mereka telah menghapus permanen konten itu 15 hari setelah konten itu diunggah.
"Segala bentuk perdagangan manusia, baik posting, halaman, iklan, atau grup tidak diizinkan dalam Facebook. Kami menghapus postingan itu dan secara permanen menonaktifkan akun milik orang yang memposting ini ke Facebook," kata juru bicara perusahaan dalam sebuah pernyataan kepada
CNN.
"Kami selalu memperbaiki metode yang kami gunakan untuk mengidentifikasi konten yang melanggar kebijakan kami, termasuk menggandakan tim keselamatan dan keamanan kami menjadi lebih dari 30 ribu dan berinvestasi dalam teknologi," tutup juru bicara Facebook.
(kst/age)