Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan fenomena hujan es yang turun di kawasan Jakarta pada Kamis (22/11).
Hujan es merupakan fenomena alamiah yang biasa terjadi. Selain turun hujan lebat (es), fenomena ini juga disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat.
Fenomena hujan es yang turun hari ini disebut kerap terjadi pada masa pancaroba, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui keterangan resmi, BMKG menjelaskan ada sejumlah indikasi terjadinya hujan es dengan durasi singkat. Beberapa indikasi tersebut antara lain:
- Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
- Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (lebih dari 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (lebih dari 60 dari)
- Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis - lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu - abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
- Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu - abu / hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).
- Pepohonan disekitar tempat berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.
- Terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat berdiri.
- Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.
- Jika dalam satu hingga tiga hari berturut - turut tidak ada hujan pada musim transisi atau pancaroba atau penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.
(evn)