Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Komisaris
PT Indomobil Sukses Internasional Tbk Subronto Laras menyingkap alasan melepas keagenan
Renault di Indonesia. Menurut Subronto, Renault di Indonesia memiliki masa depan suram jika mempertahankan pola bisnis impor mobil.
Renault sebelumnya dipegang oleh Auto Euro Indonesia di bawah payung grup Indomobil. Tanda kembalinya Renault saat pameran otomotif GIIAS 2015 yang berlangsung di BSD, Tangerang. Namun Renault memutuskan mundur dari GIIAS 2016.
Pasca grup Indomobil 'cerai' dengan Renault, selanjutnya nakhoda Renault di Indonesia adalah Nusantara Maxindo Group -juga meniagakan BMW, MINI, Honda, Mazda-.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengambil alihan ini sekaligus membuat Nusantara memiliki hak impor, memasarkan, mendistribusikan dan mengelola produk serta layanan purna jual Renault di Indonesia.
Subronto mengatakan terlalu sulit untuk memaksakan bersama Renault, terlebih mobil-mobil yang dijual harus impor secara utuh, sementara izin impor mobil sudah tidak semudah dahulu sehingga sulit untuk bersaing di pasar.
Sejauh ini empat mobil Renault, yaitu Kwid, Duster, Clio, dan Koleos berstatus
completely build up (CBU).
"Perkembangan (industri otomotif indonesia) ke depan sudah berubah. Izin impor enggak gampang, tidak ada gunanya buat kami. Kalau kami enggak punya pabrik (produksi Renault di dalam negeri) buat apa?" kata Subronto kepada
CNNIndonesia.
com, Selasa (22/1) sore.
Kendala lainnya adalah merek Renault yang belum populer di telinga konsumen, ditambah jaringan dealer resmi sebagai kewajiban Agen Pemegang Merek (APM) belum memadai sampai kini.
"Kedua memang tidak gampang karena Renault tidak populer dan tanggung jawab kepada konsumen (perbanyak dealer untuk kemudahan konsumen merawat mobil). Sekali kami jual dan harus tanggung, jika tidak bisnis tidak jalan," ujar Subronto.
Setelah melepas Renault, Indomobil masih bertanggung jawab dengan sejumlah merek, yakni Audi, Datsun, Foton, Hino, Infiniti, Nissan, Suzuki mobil dan motor, Volkswagen. Sebelumya Indomobil memutuskan kerja sama dengan Volvo dan Geely.
Saat ini sebagian besar merek yang dipegang Indomobil telah memiliki fasilitas produksi di Indonesia. Kondisi itu jelas dikatakan Subronto lebih efektif ketimbang impor.
"Buat kami kembali lagi kalau mau serius harus bangun pabrik, sekarang ini setengah mati (impor mobil). Suzuki saja 4-5 tahun (lalu) tambah investasi," ujarnya.
Fokus Jual Mobil Hybrid dan ListrikIndustri otomotif di Indonesia sedang bertransformasi untuk menyambut era revolusi industri 4.0. Sebagian produsen sudah masuk dalam bagian industri 4.0.
Indomobil pun mulai mendorong peningkatan kualitas produksi setiap produsen otomotif di dalam negeri, termasuk di dalamnya membuat
roadmap untuk memproduksi kendaraan ramah lingkungan
hybrid dan murni listrik.
"Sudah pasti ke mobil listrik (ke depan), kalau mau main di industri otomotif dan biar tidak ada kendala ke depannya," tutup Subronto.
(ryh/mik)