Jakarta, CNN Indonesia -- Kenyamanan dan keselamatan berkendara mobil ditentukan dari banyak hal, namun salah satu yang terpenting pada era modern adalah soal komputerisasi kontrol traksi ban.
Sama seperti teknologi baru otomotif lainnya, sistem itu awalnya hanya dimiliki mobil kelas atas namun kini sudah menyebar ke kelas menengah dan bahkan sejak 2009 setiap mobil yang dijual di Eropa wajib memiliki fitur sejenis bernama
Electronic Stability Programme (ESP).
Di Indonesia, fitur kontrol traksi belum diatur oleh pemerintah. Keberadaannya pada mobil-mobil yang dijual di dalam negeri sekarang karena inisiatif produsen yang didorong lomba inovasi, kompetisi pasar, dan kesadaran atas keselamatan lalu lintas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu mobil di Tanah Air yang punya fitur kontrol traksi adalah Mitsubishi
Xpander. Pada model
Low MPV itu fiturnya disebut
Active Stability Control (ASC).
Menurut Mitsubishi Indonesia, ASC adalah fitur yang mencegah terjadinya
oversteer dan
understeer saat bermanuver. Soal kemampuan itu,
CNNIndonesia.com punya cara untuk membuktikannya yaitu menjajal Xpander Ultimate A/T langsung di jalur keriting menuju destinasi wisata Geopark di Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat.
Menuju ke sana dari Jakarta penuh perjuangan selama lebih dari lima jam, kira-kira seperempat perjalanan melintasi jalur tol sedangkan sisanya jalur sempit meliuk-liuk dan naik-turun yang sanggup bikin perut terkejut.
 Mitsubishi Xpander tipe Ultimate. (Foto: CNN Indonesia/Rayhand Purnama Karim JP) |
Ban merupakan bagian utama pada mobil yang fungsinya amat penting karena sebagai satu-satunya komponen yang bersentuhan langsung dengan permukaan jalan. Pada mobil tanpa kontrol traksi, kerja mobil hanya mengandalkan performa ban yang diteruskan ke tangan pengemudi lewat sistem kemudi.
Kendali tangan pada kemudi bisa jadi situasi sulit bila performa ban mengendur karena berbagai faktor, misalnya permukaan jalan basah atau berpasir dan manuver berlebihan.
Masalah akan muncul ketika ban kehilangan kemampuannya tetap lengket pada permukaan jalan. Saat itu terjadi, ban kemungkinan berputar tidak sesuai dengan kecepatan aktual mobil.
Sedikit saja ban kehilangan traksi pada saat bermanuver, hasilnya bisa bikin kecelakaan. Misalnya saat itu terjadi antisipasi pengemudi tidak tepat atau dipengaruhi kondisi sekitar.
Kontrol traksi merupakan ide para insinyur otomotif buat meningkatkan keselamatan. Sebagai fitur keselamatan aktif, kontrol traksi berfungsi agar keempat ban mobil bisa tetap lengket pada permukaan jalan walau pada situasi sulit.
 Mitsubishi Xpander. (Foto: CNN Indonesia/Rayhand Purnama Karim JP) |
Kerja ASC XpanderCara kerjanya yaitu komputer secara otomatis mengaktifkan rem dan mengurangi tenaga mesin agar putaran masing-masing ban terus sesuai kecepatan aktual mobil. Hasilnya, ban dijaga tetap mendapatkan traksi maksimal yang berguna buat pengemudi agar bisa mengontrol kendali.
Di jalan tol menuju Sukabumi, ASC pada Xpander terasa mendukung pengendalian di jalan lurus. Efek lain fitur itu bikin perasaan menyetir tenang salah satunya karena pergerakan pindah jalur pada kecepatan tinggi lumayan presisi.
Cobaan lain buat ASC pada Xpander datang saat berada di kawasan Cikidang. Jalur ini bisa dikatakan ekstrem karena didesain membelah dataran tinggi kawasan Gunung Salak.
Di jalur ini Anda bakal menemukan tanjakan yang bikin pengemudi tidak bisa melihat permukaan jalan di depan, turunan berkelok di pinggiran jurang, dan tikungan S beruntun seperti ular.
Sedikit mengingatkan, di jalur ini terdapat titik kecelakaan maut bus wisata yang menewaskan puluhan orang pada November 2018.
Dinilai dari konfigurasi sistem gerak, penggerak roda depan pada Xpander bisa jadi kekurangan buat melintas di jalur semacam Cikidang. Namun keberadaan ASC membantu menanggulangi masalah yang pada umumnya terjadi, yakni kehilangan momentum yang disebabkan kurang traksi.
Sepanjang jalur hingga Pelabuhan Ratu, jarang kemudi Xpander berada benar-benar pada posisi lurus. Kemudi selalu bergerak ke kanan dan kiri yang membutuhkan semua konsentrasi pengemudi.
Selama perjalanan di Cikidang, cuma sesekali muncul bunyi
"srek" atau
"cit" dari keempat ban Xpander yang artinya kontrol traksi bekerja optimal. Gejala
understeer yang alami dipunyai mobil gerak roda depan beberapa kali muncul sedikit berlebihan ketika mengerem di tikungan tajam setelah turunan, namun hal itu bisa diprediksi dan berkat ASC mudah diantisipasi.
 Mitsubishi Xpander mengandalkan sistem gerak roda depan. (Foto: CNN Indonesia/Rayhand Purnama Karim JP) |
Dari Pelabuhanratu ke Ciletuh, situasi jalan yang baru dibangun pemerintah berbeda dari penampakan di Cikidang. Di jalur ini lebih banyak jalur lurus panjang, meski tikungan dan elevasi permukaan jalannya tidak kalah seram dibanding Cikidang.
Poin plus di jalan ini, aspalnya baru hingga terasa lebih menggigit dan pengemudi disuguhkan pemandangan Samudera Hindia. Walau begitu jalur ini menyimpan potensi bahaya karena di beberapa titik terdapat longsor yang kerikilnya bisa mengotori jalan hingga puluhan meter dan sanggup mengancam traksi ban.
Kotoran kerikil itu jadi tantangan tersendiri buat ASC pada Xpander. Namun ujian utamanya bukan itu, karena sebenarnya yang bisa mengacaukan traksi ban yaitu ketika mobil setengah meloncat karena tiba-tiba gundukan besar kemudian mendarat di permukaan berpasir. ASC bikin pengendalian Xpander seolah tidak pernah terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan.
Ujian besar lainnya ketika Xpander pada posisi membelok lama pada kecepatan lumayan tinggi. Biasanya ada efek
oversteer saat itu terjadi namun cenderung tidak muncul pada Xpander karena ASC.
Di Geopark Sukabumi, Jawa Barat yang berupa lokasi wisata dengan pantai unik karena memiliki pemandangan pertemuan air sungai dan air laut, ASC juga masih berguna saat Xpander sedikit mencicipi pasir pantai.
(fea/mik)