Jakarta, CNN Indonesia --
Twitter Indonesia menegaskan pihaknya tidak menghapus topik yang menjadi tren (
trending topic) tertentu. Hal ini diungkap juru bicara Twitter Indonesia terkait dengan isu kalau
media sosial itu menghapus tagar organik yang menjadi
trending topic.
Lebih lanjut, Twitter Indonesia menegaskan Twitter tidak menghapus tagar-tagar tertentu yang menjadi
trending topic selama tidak melanggar peraturan Twitter. Sehingga, pihaknya tidak memanipulasi topik populer yang terjadi secara alami atau organik.
"Kita tidak utak-atik. Jadi kalau ada tagar tiba-tiba hilang itu karena kami yang hilangkan, itu saya konfirmasi bahwa itu tidak benar," kata Juru bicara Twitter saat ditemui di kantor Twitter, di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Senin (22/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tuduhan Twitter melakukan penghapusan tagar tertentu sempat terlontar dari beberapa peristiwa beberapa tahun lalu di AS dan Nepal. Salah satunya pada kasus tagar #occupywallstreet yang tidak populer di AS tapi populer di banyak negara lain.
Kendati demikian dalam tulisan di
blog Twitter, perusahaan itu memang memiliki kebijakan untuk menghapus konten tertentu di platformnya.
"Hanya ada beberapa kejadian yang sangat jarang, di mana Twitter akan mencegah konten tertentu dari jajaran trending topic. Informasi ini tertera pada Peraturan Twitter, dan biasanya terjadi ketika tren mengandung kata-kata kotor atau referensi dewasa/ grafis, memicu kebencian pada kelompok yang dilindungi, atau melanggar Peraturan Twitter," tulis Twitter.
Penghapusan dilakukan untuk konten-konten yang melanggar Peraturan Twiter agar hilang dari jajaran topik populer. Konten-konten terkait isu politik tidak secara langsung masuk dalam kriteria konten yang dihapus.
Dalam hal ini yang termasuk konten yang dilarang dalam tren adalah berisi referensi gambar dewasa atau cabul. Kedua, Menyebarkan ujaran kebencian yang berdasarkan pada ras, suku bangsa, asal negara, orientasi seksual, jenis kelamin, identitas jenis kelamin, kelompok agama, usia, disabilitas, atau penyakit.
Dalam tulisan tersebut, Twitter menegaskan keputusan penghapusan ini diambil oleh para ahli yang terlatih dan tidak pernah didasarkan pada atau terkait dengan ideologi politik.
Juru Bicara Twitter kemudian menjelaskan bahwa jumlah cuitan merupakan salah satu faktor untuk menjadikan tagar masuk ke jajaran trending topic. Akan tetapi, jumlah cuitan bukan saja salah satu indikator yang menjadikan tagar sebagai trending topic.
"Sebuah tagar masuk trending topic bukan karena jumlah cuitan saja, tapi percepatan berapa banyak jumlah cuitan dalam satu momen tertentu. Berapa menit atau jam kata kunci itu dibicarakan," kata Juru Bicara Twitter.
Selain itu, faktor kebaruan juga menjadi salah satu pertimbangan Twitter menjadikan suatu topik menjadi tren di suatu lokasi. Tren topik dibuat untuk memberitahukan berita yang paling anyar (
breaking news) kepada pengguna Twitter, seperti tertulis dalam
blog Twitter. Sehingga faktor seberapa baru topik itu di suatu wilayah menentukan, tidak hanya berdasarkan jumlah cuitan.
(jnp/eks)