Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa pekan lalu, Walhi mengungkap Indonesia masuk dalam kondisi mengkhawatirkan terkait kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Dari data Walhi, titik panas secara nasional dari Januari hingga Juli 2019 terdapat 4.258 titik panas dengan 2.087 di antaranya terletak di kawasan konsesi dan kesatuan hidrologi gambut (KHG).
Lokasi tersebut menyebabkan potensi kebakaran ketika musim kering hadir semakin tinggi. Pasalnya, komposisi gambut dari bahan bakar sisa tumbuhan sampai di bawah permukaan, membuat api di lahan gambut mudah menjalar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya mudah terbakar, api dalam lahan gambut pun sulit dipadamkan sehingga kebakaran bisa berlangsung lama. Baru-baru ini terjadi karhutla di Palangka Raya. Belum usai karhutla di sana, karhutla kembali terjadi di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Selain berbahaya karena kandungan dalam asap kebakaran hutan. Karhutla memiliki banyak dampak negatif lainnya.
Berdasarkan buku Lindungi Diri dari Bencana Kabut Asap yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia terdapat empat dampak akibat karhutla yakni dampak langsung, dampak kesehatan, dampak ekonomi dan dampak ekologis.
Berikut penjelasannya:
Dampak LangsungBerdasarkan buku WHO dan Kemenkes, dampak langsung dari karhutla akan membuat rusaknya infrastruktur serta hilangnya aset pertanian, perkebunan dan kehutanan. Karhutla tak sedikit pula menelan korban jiwa manusia. Selain itu, untuk kasus kebakaran kebakaran besar, tak jarang harus dilakukan evakuasi pemukiman penduduk.
Dampak EkonomiSecara ekonomi hilangnya hutan akan membuat kerugian. Dari sisi ekonomi ada tiga kerugian yakni kehilangan keuntungan karena deforestasi, kehilangan keanekaragaman hayati, dan pelepasan emisi karbon.
Dampak KesehatanSementara itu, untuk kesehatan, kandungan dalam asap kebakaran hutan dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti pernapasan.
Dampak ekologis karhutla berlanjut ke halaman berikutnya...
Laode Alhamd, Peneliti Bidang Ekologi LIPI mengungkap ada tujuh dampak ekologis dari karhutla.
1. Hilangnya sejumlah spesies
Selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Berbagai spesies endemic (tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan.
2. Erosi.
Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi. Ketika tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan lahan hutan yang mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan angin sekalipun.
3. Alih fungsi hutan
Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu yang lama untuk kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan mengalami perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau padang ilalang.
4. Penurunan kualitas air
Salah satu fungsi ekologis hutan adalah dalam daur hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan dampak hilangnya kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air hujan.
5. Pemanasan Global
Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas CO2 dan gas lainnya. Selain itu, dengan terbakarnya hutan akan menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon. Keduanya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan pemansan global.
6. Sendimentasi sungai
Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi akan mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan.
7. Meningkatnya bencana alam
Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat kebakaran hutan membuat intensitas bencana alam (banjir, tanah longsor, dan kekeringan) meningkat.