Rudiantara Sebut Hoaks Papua Disebar dari 20 Negara

CNN Indonesia
Rabu, 04 Sep 2019 01:58 WIB
Rudiantara enggan menjelaskan negara-negara mana yang dimaksud. Menurutnya, penyebaran hoaks soal Papua itu paling banyak dilakukan lewat media sosial Twitter.
Aksi damai masyarakat Papua yang mengangkat tema “Yospan Papua” di Jakarta, Minggu (1/90. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengungkapkan telah menemukan sejumlah alamat IP penyebar informasi hoaks terkait Papua dan Papua Barat dari luar negeri. Paling banyak alamat IP penyebar hoaks ini, kata dia, berada di benua Eropa.

Meski begitu, dia tak ingin menyebut nama pasti negara yang berada di benua Eropa tersebut.

"Yang paling banyak salah satu [negara] di Eropa," kata Rudiantara di Gedung Kemkominfo, Jakarta Pusat, Selasa (3/9) malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Rudiantara menyebut telah menemukan alamat IP penyebar hoaks dengan rincian sedikitnya 20 negara di luar negara yang berada di benua Eropa. Namun menurutnya, meski disebar dari luar negeri bukan berarti warga dari negara tersebut yang menyebarkan informasi-informasi hoaks itu.

"Kami mencatat ada 20 negara lebih yang mention-nya berasal dari negara tersebut. Belum tentu warga negara tersebut (yang menyebarkan hoaks). Tapi (alamat IP-nya) dari negara tersebut," kata Rudi.

Akun-akun ini, ujar Rudi, banyak aktif di ranah media sosial Twitter. Lebih lanjut, saat ini pihaknya mengaku telah menertibkan sedikitnya 555 ribu URL (Uniform Resource Locator) yang digunakan untuk menyebarkan informasi hoaks.

555 ribu URL itu telah mengunggah lebih dari 100 ribu hoaks dengan menautkan sejumlah informasi.


"Sampai kemarin sudah ada 555 ribu URL yang kami tertibkan. Paling banyak di Twitter," ujarnya.

Rudi menjelaskan tolak ukur sebuah akun di media sosial dikatakan sebagai penyebar informasi hoaks jika memuat konten yang bersifat mengadu domba. Ia berkata, pihaknya bisa langsung menertibkan akun tersebut. 

"Saya kasih contoh, kalau beritanya ada macam-macam, kalau disinformasi masih rendah tapi kalau sudah menghasut, sudah mengadu domba itu sudah keterlaluan," katanya.

"Tolak ukurnya iya (hasut dan adu domba)," kata Rudi menambahkan.

[Gambas:Video CNN] (tst/rea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER