Jakarta, CNN Indonesia -- Anak usaha
Astra Internasional dalam bidang asuransi,
Asuransi Astra, berpikir memanfaatkan kerjasama induk perusahaan bersama Gojek melalui unit bisnis Gocar untuk menambah pasar.
Seperti diketahui Astra International merupakan salah satu investor Gojek. Nilai investasi yang dikucurkan secara bertahap mencapai US$250 juta (sekitar Rp3,5 triliun).
Gocar sebagai unit bisnis taksi online Gojek saat ini memiliki banyak mitra (pengemudi). Sebagian mitra menggunakan aset kendaraan pribadi sebagai modal kerja, kelompok ini memungkinkan jadi konsumen Asuransi Astra yang punya bisnis kuat asuransi kendaraan bernama Garda Oto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejauh ini ya masing-masing punya kerjasama juga. Ya buat Asuransi Astra terbuka selama produk (asuransi) itu kami ada," kata CEO Asuransi Astra Rudy Chen ditemui di sela-sela peluncuran aplikasi baru Asuransi Astra dikawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (19/9).
Kendati begitu, Rudy menyebut belum ada kebijakan perusahaan yang mewajibkan mitra Gocar wajib menggunakan fasilitas Asuransi Astra. Menurut Rudy, kemungkinan kerja sama lebih dalam antara pihaknya dengan Gocar hanya bisa diputuskan para pejabat Astra International dan Gojek nantinya.
"Soal dengan Gojek, saya tidak mau komentar dulu, Astra saja yang komentari," kata Rudy.
Kerjasama antara Astra International dan Gojek sudah membuahkan beberapa inovasi pada industri transportasi. Salah satunya yaitu Gofleet yang merupakan divisi bisnis baru berupa penyewaan kendaraan khusus untuk mitra Gocar. Inovasi lainnya yakni penggunaan motor listrik buatan Astra Honda Motor, PCX EV, sebagai alat transportasi roda dua Gojek.
Mayoritas KreditRudy mengungkap dari 400 ribu nasabah mobil yang ada pada saat ini, 67 persen di antaranya merupakan pembeli yang mencicil. Nasabah ini menggunakan asuransi karena terikat kebijakan perusahaan pembiayaan (leasing) yang memberikan mereka fasilitas kredit.
"Untuk pasar itu sekarang sekitar 67 persen masih leasing. Karena kalau kredit itu ya mau tidak mau asuransi, kalau beli mobil lunas kan pilihan," kata Rudy di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (19/9).
Ia mengatakan riset menyatakan masih jarang pembeli mengasuransikan mobilnya, terlebih bila pembelian dilakukan secara tunai. Menurut dia, asuransi bakal terpikirkan bila sudah mengalami kecelakaan atau terkena insiden lain yang melibatkan mobilnya.
"Jadi bisa dibilang pasarnya sekarang masih pasar kredit. Karena orang berpikir kalau beli asuransi apasih yang bakal mereka dapat," ucapnya.
Mayoritas Mobil Menengah-bawahRudy menyebut konsumen asuransi Astra saat ini paling banyak dalam kategori menengah ke bawah. Meski tidak menyebut spesifik, mayoritas nasabahnya meliputi mobil dengan harga Rp200 juta- Rp300 juta.
"Ya seperti Agya, atau Kijang itu yang menjadi nasabah," katanya.
Menurut dia jumlah konsumen yang menggunakan mobil-mobil premium jumlahnya sangat kecil.
"Untuk level (harga mobil) Rp1 miliar, ada, tapi jarang. Apalagi mobil premium yang belinya itu lunas. Mungkin juga karena memang populasi mobil mewah itu kan masih sedikit," ucapnya.
(ryh/fea)