Jakarta, CNN Indonesia -- Membangun
startup menjadi sebuah
unicorn bukanlah pekerjaan mudah. Tak terhitung ratusan bahkan ribuan startup di seluruh dunia yang terpaksa gulung tikar sebelum menyandang predikat 'unicorn'.
Namun, di antara ribuan yang gagal masih ada ratusan yang bertahan hingga menjadi decacorn. Berikut kisah startup yang berhasil dan diakui di mata dunia.
1. Alibaba
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jack Ma, pendidiri Alibaba mengisahkan jatuh bangun berdirinya raksasa e-commerce Alibaba. Tahun lalu, ketika datang ke Indonesia, dia sempat berbagi kisah tersebut.
Bermula sebagai perusahaan kecil, Ma bekerja siang dan malam mengembangkan Alibaba Grup. Menurutnya, semua orang perlu percaya dengan masa depan yang lebih baik.
"Seorang pengusaha harus memiliki kepercayaan sehingga tidak memiliki ketakutan kalau Anda memiliki masalah," ucap Jack Ma.
Tak hanya cukup dengan kepercayaan, seorang pengusaha juga perlu memiliki prinsip hidup yang kuat. Sebagai pemilik e-commerce, Ma sadar dirinya perlu menomorsatukan konsumen-- namun tak melupakan karyawannya.
"Jadi konsumen nomor satu, karyawan nomor dua, dan kepercayaan dari kedua-duanya adalah nomor tiga," jelas Ma.
Pemilik nama asli Ma Yun ini yakin saat memiliki 30 karyawan pertamanya bisa bekerja bersama-sama mengembangkan perusahaan. Namun, ia tak menyebut jika 30 orang tersebut sebagai yang terbaik.
"Memang tidak ada yang terbaik, tapi mereka berlatih untuk menjadi yang terbaik," imbuhnya.
Dua tahun lalu saat berkunjung ke Afrika, ia menuturkan melihat potensi besar untuk mengembangkan bisnis di sana. Menurutnya, penduduk Afrika memiliki semangat tinggi dan tidak memiliki rasa takut.
"Nanti kami undang seribu (warga Afrika) dalam lima tahun ke depan datang ke Ghuangzho untuk pelatihan, kami akan ajak mereka ke pertanian China, lalu bagaimana kami membangun sistem pembayaran," jelasnya.
Dengan demikian, ribuan masyarakat Afrika akan melakukan pelatihan di markas besar Alibaba. Setelah itu, mereka bisa kembali ke Afrika dan membangun usaha digital seperti Alibaba.
"Mungkin nanti akan ada banyak Alipay dan Alibaba di Afrika," pungkas Ma.
[Gambas:Video CNN]
Selain Alibaba,
Grab pun saat ini menjadi salah satu startup yang sukses di mata dunia. Grab telah mengukuhkan posisinya menjadi salah satu decacorn dari 16 decacorn dunia.
Ide Grab datang ketika Tan masih duduk di bangku kuliah di Harvard Business School Amerika Serikat. Sang kawan mengeluhkan betapa perempuan sangat sukar mendapatkan taksi di Malaysia.
Pertanyaan itu kemudian memicu ide-ide di kepala Anthony. Sampai akhirnya pada 2012 ia bersama temannya Tan Hooi Ling membuataplikasi layanan pemesanan taksi yang diberi nama MyTeksi, yang tak lama kemudian ia ubah menjadi GrabTaxi.
Pada April 2014, GrabTaxi sudah mendapatkan pendanaan sekitar US$10 juta yang dari Vertex Venture Holdings, anak usaha Temasek Holdings.
Dari semula aplikasi layanan transportasi, Grab kini menjelma menjadi Super App yang menawarkan solusi mulai dari layanan transportasi, pengiriman barang, pemesanan makanan, pembayaran mobile dan hiburan digital.
Mereka meraih status decacorn pada awal 2019. Grab menjadi perusahaan rintisan (start-up) pertama dari Asia Tenggara yang berhasil merebut status itu.
Saat ini, di seluruh dunia hanya terdapat 16 perusahaan decacorn, sementara pada satu kasta di bawahnya, terdapat sekitar 300 perusahaan yang mengekor dengan status unicorn.
Pada level decacorn, grab bersanding dengan perusahaan-perusahaan ternama lain di dunia seperti Uber, AirBnb, Lyft, Space X hingga Pinterest dengan keberhasilannya.
Decacorn sendiri merupakan terminologi yang digunakan untuk perusahaan dengan valuasi US$10 miliar. Dengan kata lain, perusahaan yang menyandang 10 kali unicorn naik kasta dengan status sebagai decacorn.
Grab naik ke level decacorn setelah akhir tahun lalu mengantongi pendanaan Rp70,71 triliun (US$5,05 miliar) sehingga total valuasi (nilai perusahaan) mencapai lebih dari US$11 miliar (Rp158,6 triliun).
Dari Indonesia pun saat ini ada empat unicorn, salah satunya adalah Tokopedia.
Beberapa waktu lalu,
CNNIndonesia.com pernah menulis kisah perjalanan William Tanuwijaya, CEO Tokopedia. Setelah berdiri tahun 2009, William berjerih payah membangun Tokopedia dengan modal seadanya. Kemudian tak lama investor mulai berdatangan, salah satunya East Ventures.
William mengungkapkan, saat awal berdiri, 90 persen saham di Tokopedia dimiliki oleh investor lokal. Ia mengaku sulit sekali meyakinkan para investor untuk mau berinvestasi karena mereka khawatir Tokopedia 'kabur' setelah diberi suntikan dana.
Namun kini, Tokopedia banyak mendapat suntikan dana dari asing dan menyandang status unicorn.