Jakarta, CNN Indonesia --
Tahun 2020 merupakan
tahun kabisat. Tahun kabisat sendiri adalah tahun yang habis dibagi empat dan habis dibagi 400. Tahun kabisat disebut-sebut punya keistimewaan karena hanya muncul empat tahun sekali.
Pada tahun kabisat 2020 ini akan bertambah satu hari. Jika sebelumnya bulan Februari hanya memiliki 28 hari, tahun kabisat punya tanggal 29 Februari.
Dilansir dari berbagai sumber, tahun kabisat diambil dari bahasa arab, yakni kabisah yang artinya melompat. Melompat yang dimaksud ini adalah perpindahan dari tanggal 28 Februari ke 1 Maret pada tahun di luar kabisat. Atas fakta itu, tahun kabisat sering digambarkan dengan simbol katak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan Indonesia, tahun kabisat di negara lain lebih masyhur dengan nama Leap Year. Malaysia dan Singapura adalah beberapa negara yang menggunakan Leap Year, merujuk sistem penamaan Inggris dan negara-negara Eropa dan Amerika lainnya.
Dari sisi sejarah, tahun kabisat dicetuskan oleh astronom bernama Sosigenes Alenxandria yang hidup di zaman kepemimpinan Julius Caesar pada masa Romawi, tepatnya tahun 1500 Masehi.
Hasil hitung-hitung Sosignes kala itu, bumi membutuhkan waktu selama 365 hari, 5 jam, 48 menit dan 45 detik untuk mengelilingi matahari dalam orbitnya.
Untuk memudahkan hitungan, satu tahun dibulatkan menjadi 365 hari. Kelebihan sekitar enam jam dalam satu tahun itu digabungkan di tahun keempat sebagai satu hari (6 jam x 4 = 24 jam/hari).
Lalu kenapa dipilih Februari? Awalnya, bulan Februari memiliki jumlah hari 29 hari per bulan. Dan di tahun kabisat, setiap empat tahun sekali, Februari akan memiliki jumlah hari 30.
Hanya saja, saat August Caesar menggantikan tahta Julius Caesar, dia mengganti bulan salah satu bulan di penanggalannya menjadi bulan August (Agustus).
Jatah hari di bulan Agustus yang harusnya hanya 30 hari, ditambahkan sehari menjadi 31. Bulan yang dikorbankan untuk 'dicomot' harinya adalah bulan Februari.
[Gambas:Video CNN]Untuk itu, Februari yang awalnya berjumlah 29 hari berkurang sehari menjadi 28 hari di penanggalan reguler (non kabisat).
Mengapa harus Februari? Ternyata bukan tanpa alasan jumlah hari di bulan Februari 'dicomot.' Dalam kalender yang digunakan di zaman itu, Februari adalah bulan terakhir dalam satu tahun.
Februari jadi bulan terakhir karena King Numa Pompilius menambahkan bulan Januari dan Februari untuk melengkapi 10 bulan yang sudah ada sebelumnya demi 'memperbaiki' jumlah hari yang ada setahun.
Karena Februari adalah bulan terakhir, maka ini adalah sasaran empuk untuk mengambil sehari dari jumlah hari yang dimilikinya. Penamaan bulan ini sudah dibuat sejak tahun pemerintahan King Numa Pompilius.
Dalam perkembangannya, sistem penanggalan ini pun kembali diperbaiki. Termasuk penyusunan nama bulan sampai jadi seperti sekarang ini.
Penyesuaian kriteria kalender kabisat pun juga diperbaiki. Setelah dipakai selama 1500 tahun, penanggalan ini kembali menimbulkan masalah. Pasalnya, setelah 1500 tahun, kesalahan penghitungan ini jadi selisih 10 hari, menurut perhitungan dokter Aloysius Lilius, astronomer Italia abad ke-16.
Akhirnya Paus Gregorius XIII mengubah ketentuan penambahan dan membuat kalender Gregorian. Dalam aturan ini mereka memutuskan untuk menerapkan kriteria tahun kabisat.
Melalui penetapan ini, tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi empat. Hanya, ini tak berlaku untuk abad baru atau kelipatan 100, tahunnya harus habis dibagi 400. Penanggalan ini diresmikan pada tahun 1582.
Meski demikian, penanggalan kabisat seperti ini pun belum 100 persen akurat. Dalam kurun waktu ribuan tahun lagi, perhitungan ini akan kembali meleset satu hari.
Berikut 10 fakta dan mitos yang dihimpun
CNNIndonesia.com seputar tahun kabisat:
1. Inggris Pernah Kehilangan HariInggris pernah kehilangan 11 hari pada tahun 1752 di bulan September. Di bulan itu, kalender melompat dari tanggal 2 langsung ke tanggal 14. Dengan kata lain, tanggal 3-13 tidak tercantum dalam kalender.
Hal ini terjadi karena sistem penanggalan pada waktu itu, terutama di kepulauan Inggris dan koloni Inggris, termasuk Amerika, menggunakan kalender cacat warisan perhitungan Sosiogenes, kalender Julian.
Padahal, sebagian besar dunia sudah mengikuti sistem penanggalan baru, yang disebut kalender Gregorian, arahan Paus Gregorius XIII, yang ditetapkan pada tahun 1582.
Inggris yang waktu itu menolak mengikuti perintah Roma, akhirnya kena tulah. Di negara mereka, waktu langsung melompat 11 hari yang menimbulkan kerusuhan di masyarakat.
Kerusuhan itulah yang akhirnya membuat Inggris mengubah sistem penganggalan menggunakan kalender Gregorian, hingga kini.
2. Tradisi Lamaran di Irlandia-SkotlandiaDi abad ke-lima, di Irlandia, terdapat tradisi unik, dimana wanita diperbolehkan melamar kekasihnya pada Hari Kabisat, yakni tanggal 29 Februari.
Hal ini dipicu ketidaksabaran St. Bridget. Dia mengajukan mosi pada St. Patrick, karena merasa kaum laki-laki membutuhkan waktu terlalu lama untuk melamar kekasih mereka. Oleh karena itu, St. Patrick memberi waktu satu hari di tanggal 29 Februari bagi wanita untuk melamar pujaan hati mereka.
Legenda menyebut, di hari itu Bridget langsung menekuk satu lutut dan melamar Patrick. Sayangnya, Patrick menolak. Dia mencium Bridget di pipi dan memberinya gaun sutra.
Legenda St. Bridget ini kemudian dikekalkan oleh Ratu Margaret dari Skotlandia. Pada tahun 1288, ketika sang ratu baru berusia 5 tahun, dia menyebutkan bahwa 29 Februari seharusnya jadi hari kebesaran bagi wanita, dimana mereka bisa melamar siapapun yang mereka inginkan.
Sementara, pria yang menolak lamaran harus membayar denda seperti yang dilakukan St. Patrick, yakni memberi ciuman dan gaun sutra.
Lain cerita dengan di Denmark. Jika pria menolak lamaran wanita pada tanggal 29 Februari, maka dia harus memberi wanita itu 12 pasang sarung tangan. Sementara di Finlandia, pria harus memberi wanita kain untuk membuat baju.
4. Larangan Menikah di Tahun KabisatDi Yunani, pasangan justru menolak menikah di Tahun Kabisat karena mereka percaya itu akan membawa nasib buruk.
Kepercayaan larangan menikah itu juga dianut warga Italia. Ada peribahasa Italia yang menyebut, “Anno bisesto, anno funesto” yang berarti Tahun Kabisat, tahun sial.
5. Tahun Kabisat adalah Cuaca BurukDi Rusia, Tahun Kabisat dipercaya membawa cuaca buruk. Para petani Rusia bahkan menyebut tumbuhan yang ditanam pada Tahun Kabisat akan tumbuh ke arah yang salah.
Skotlandia juga percaya mitos serupa. Peribahasa kuno Skotlandia menyebut Tahun Kabisat bukan tahun yang baik untuk mengembangkan ternak.
6. Banyak Karyawan Kantor Kerja GratisDi era modern, Tahun Kabisat membawa ‘kesialan’ bagi para pekerja kantoran. Pasalnya, banyak kantor yang mengeluarkan gaji bulanan berdasarkan hitungan 28 hari, berarti di tanggal 29 Februari, banyak pekerja yang akan bekerja secara gratis.
7. Mereka yang Lahir di Tahun KabisatMereka yang lahir pada tanggal 29 Februari disebut ‘leapling’ atau ‘leaper’. Peluang seseorang lahir pada 29 Februari adalah 1:1461. Setidaknya, ada 5 juta leapling di seluruh dunia.
Sejak lama, para astrolog percaya bayi yang lahir di Tahun Kabisat punya bakat istimewa, kepribadian unik, bahkan punya kekuatan magis. Beberapa pesohor yang lahir di tanggal 29 Februari adalah pencipta puisi Lord Byron, rapper Ja Rule, dan atlet football Darren Ambrose.
Di Hong Kong, ulang tahun resmi bagi mereka yang lahir pada tanggal 29 Februari adalah 1 Maret, sementara di New Zealand, para leapling merayakan ulang tahun di tanggal 28 Februari.
Ada kepercayaan yang menyebut mereka yang lahir di tanggal 29 Februari, juga akan meninggal di tanggal yang sama. Salah satu contohnya adalah James Milne Wilson, pemimpin ke-delapan Tasmania. Dia lahir pada 29 Februari 1812 dan meninggal tanggal 29 Februari 1880.
8. Ibu Kota Kabisat DuniaAnthony, Texas, Amerika Serikat, dikenal sebagai Ibukota Kabisat Dunia. Di kota tersebut, setiap tanggal 29 Februari digelar festival yang merayakan hari jadi para leapling.
9. Pemegang Rekor Lahir di Tahun Kabisat Terbanyak Keluarga pemegang kelahiran leapling terbanyak di dunia sementara ini diklaim oleh keluarga Keogh dari Inggris dan Irlandia. Selama tiga generasi, keluarga tersebut selalu memiliki keturunan yang lahir pada 29 Februari. Dimulai dari sang kakek, Peter Anthony Keogh, kemudian putranya, Peter Eric dan cucunya, Bethany Wealth.
Sementara Karin Henriksen di Norwegia punya tiga anak yang semuanya lahir pada tanggal 29 Februari, dan setiap anak punya jeda 4 tahun.
10. Nasib sial Anak di China-Taiwan pada Tahun KabisatDi China, terdapat mitos yang menyebut anak-anak yang lahir pada 29 Februari umumnya tidak pandai berbisnis, kehidupannya pun akan serbasulit.
Sementara di Taiwan, anak perempuan yang sudah menikah tidak boleh pulang ke rumah orangtuanya pada bulan Kabisat alias selama bulan Februari, karena bisa mendatangkan kesialan pada orangtua. Jika memaksa pulang ke rumah orangtua, maka dia harus membawa Bak Kut Teh, atau masakan mi tradisional untuk mengusir kesialan.