Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah tim dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT) menyatakan tengah mengembangkan
ventilator darurat dengan harga murah. Alat darurat ini digunakan untuk membantu pernapasan pasien
Covid-19 akibat infeksi
virus corona.
Alat ini dapat dibuat dengan biaya sebesar US$100 atau sekitar Rp1,67 juta (dalam kurs Rp16.725). Harga pembuatannya jauh lebih murah dari ventilator pada umumnya seharga US$30 ribu (Rp497 juta).
Tim MIT mengaku desain inovatif alatnya mengandalkan resuscitator bag-valve, peralatan yang banyak ditemukan di sebagian besar rumah sakit untuk membantu pasien bernafas.
Ventilator adalah salah satu peralatan medis yang sedang banyak dicari untuk membantu pernapasan pasien corona. Alat ini yang dipakai untuk membantu bernapas para penderita Covid-19 ini menjadi langka di seluruh dunia.
Tim yang bernama MIT E-Vent itu terdiri dari dokter, insinyur, dan ilmuwan computer. Tim itu mengaku alat yang tengah dikembangkan merupakan bagian dari proyek kelas di MIT dalam menciptakan ventilator darurat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti buatan Virgin Orbit, tim membuat sebuah mesin yang mampu memompa Resuscitator bag-valve (kantong katup resusitasi) atau dikenal sebagai kantong Ambu secara mekanis. Kantong Ambu biasanya dioperasikan dengan tangan untuk memompa udara ke paru-paru pasien.
Terkait hal itu, tim MIT berencana mempublikasikan desain ventilator yang dikembangkannya ke situs online. Publikasi ini bukan untuk kepentingan produksi, mereka mengatakan langkah itu dilakukan agar ilmuan lain dapat memberi masukan bagi pengembangan alat tersebut.
"Pertimbangan utama adalah keselamatan pasien. Jadi kami harus menetapkan apa yang kami sebut persyaratan fungsional klinis minimum," kata salah satu anggota tim.
MIT E-vent berharap mesin dapat menyalurkan udara dan tekanan secara natural agar sesuai dengan kebutuhan pasien. Mereka khawatir jika kinerja ventilator terus menerus tanpa pengujian yang maksimal dapat mematikan.
Sejauh ini, tim MIT tersebut tengah menunggu respon dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS sebagai dasar bagi mesin beroperasi dalam skala besar, seperti ditulis
Business Insider.
Melansir
Ubergizmo, MIT telah mengembangkan ventilator murah tersebut sejak satu dekade yang lalu. Desain ventilator itu dibuat oleh sekelompok siswa yang bekerja dengan dokter di MIT. Namun, proyek terhenti setelah para siswa menerbitkan sebuah makalah yang merinci desain dan pengujiannya.
Tim mengatakan sistem mekanis yang akan membantu mengotomatiskan proses pemompaan. Kunci dari mesin itu adalah mampu memompa kantung Ambu secara terkendali tanpa merusaknya.
"Kami mendorong tim rekayasa-klinis yang mampu untuk bekerja dengan sumber daya lokal mereka, sambil mengikuti spesifikasi utama dan informasi keselamatan dan kami menerima masukan apa pun yang mungkin dimiliki tim lain," ujar salah satu anggota tim yang bekerja di proyek itu.
[Gambas:Video CNN] (jps/eks)