Ahli Beberkan Alasan Chloroquine Picu Komplikasi Jantung

CNN Indonesia
Jumat, 17 Apr 2020 12:54 WIB
Petugas menunjukkan obat Chloroquine yang akan diserahkan kepada RSPI Sulianti Saroso di Jakarta, Sabtu (21/3/2020). Kementerian BUMN menyerahkan sebanyak 1.000 butir Chloroquine kepada RSPI Sulianti Saroso sebagai simbol bahwa pemerintah bergerak untuk menangani penyebaran virus corona (COVID-19). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/pras.
Obat chloroquine untuk infeksi virus corona. (Foto: ANTARA/ADITYA PRADANA PUTRA)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo menjelaskan alasan ilmiah obat chloroquine untuk infeksi virus corona (SARS-CoV-2) menimbulkan komplikasi jantung di Brasil dan Prancis.

Menurut Ahmad komplikasi ini disebabkan chloroquine memiliki efek anti virus karena menghambat proses internalisasi virus, endocytosis.

Akan tetapi, penghambatan proses endocytosis oleh chloroquine menjadi pedang bermata dua karena proses endocytosis adalah proses alami yang juga diperlukan sel atau organ tubuh untuk internalisasi alami.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi pemberian dosis tinggi obat chloroquine dalam dosis tinggi seperti di Brasil kemungkinan bisa mengganggu proses normal fisiologi tubuh sehari-hari sehingga berdampak buruk. Maka tidak heran pemberian obat ini tidak boleh sembarangan," ujar Ahmad saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (16/4).

Sel atau organ tubuh yang melakukan proses endocytosis adalah kolesterol, hingga sel darah putih. Proses ini umum dilakukan oleh organ dan sel dalam fisiologi tubuh sehari-hari.

Di sisi lain, Ahmad menjelaskan chloroquine tak mampu membedakan endocytosis normal dengan endocytosis virus. Ahmad mengatakan masuknya virus ke tubuh manusia melalui protein angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) sehingga melalui proses reseptor endocytosis.

"Masuknya virus SARS-CoV-2 ke sel kita memang melalui proses receptor mediated endocytosis yaitu setelah virus ini berikatan dengan protein ACE2 di permukaan sel," tutur Ahmad.

Oleh karena itu, Ahmad mengatakan obat chloroquine harus diuji klinis terlebih dahulu untuk melihat efek samping. Ia mengatakan saat ini Indonesia sedang melakukan uji klinis obat tersebut.

"Otoritas dunia seperti FDA juga belum melabel obat malaria ini sebagai obat Covid19 apalagi efek negatif obat ini memang bisa berbahaya," ujar Ahmad.

Sebelumnya, uji klinis di Brasil pada sekelompok pasien yang mengonsumsi chloroquine dengan dosis tinggi menimbulkan masalah irama jantung yang berbahaya.

Penelitian ini awalnya dilakukan untuk menguji efektivitas dan keamanan chloroquine untuk Covid-19. Penelitian ini dilakukan pada 440 pasien positif virus corona.

Peneliti memberikan dosis tinggi yakni 600 miligram chloroquine dua kali sehari selama 10 hari pada sebagian partisipan. Sebagian lain diberikan dosis rendah 450 miligram selama lima hari.

Setelah mencoba pada 81 pasien, peneliti melihat beberapa tanda yang mengkhawatirkan. Dalam beberapa hari pengobatan, banyak pasien dalam kelompok dosis tinggi mengalami masalah irama jantung. Dua pasien dalam kelompok dosis tinggi meninggal dunia setelah mengalami detak jantung yang cepat dan abnormal. (jnp/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER