Sulit Prediksi Akhir Corona, Ahli Duga RI Tak Paham Pandemi

CNN Indonesia
Kamis, 14 Mei 2020 18:23 WIB
Dua petugas medis menyaksikan seorang warga memotret hasil tes diagnostik cepat atau rapid test COVID-19 miliknya di Sungai Raya Dalam, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Kamis (14/5/2020). Hingga Rabu (13/5/2020) dari hasil rapid test yang digelar Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar di wilayah Kalbar tersebut terdapat 20.665 warga yang Non Reaktif dan 1.188 warga yang Reaktif. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/nz
Ilustrasi pandemi virus corona di Indonesia. (Foto: JESSICA HELENA WUYSANG/JESSICA HELENA WUYSANG)
Jakarta, CNN Indonesia -- Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman menyesalkan sikap pemerintah yang tidak mampu memprediksi akhir pandemi Covid-19. Dia menduga pemerintah tidak paham dalam memprediksi kejadian epidemi.

"Ini Profesor Wiku (Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito) juga tidak konsisten pernyataannya. Beberapa waktu lalu bisa selesai sebulan makanya saya bantah. Tidak konsisten atau tidak paham," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Kamis (14/5).

Dicky menuturkan perubahan perilaku bersih demi mencegah penularan virus corona yang kerap digemborkan pemerintah bukan indikator utama untuk menanggulangi pandemi. Sebab poin perubahan hidup bersih hanya sebagai pelengkap saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Strategi kuncinya ya testing, tracing, isolasi, treating, plus social dan physical distancing yang lunak. Bukan Pembatasan Sosial Berskala Besar," ujarnya.

Lebih lanjut, Dicky mengklaim sejak awal meyakini pandemi Covid-19 di Indonesia akan berlangsung relatif lama, tergantung dari skenario yang digunakan. Dia berkata ada tiga strategi, yakni pendek, menengah, dan panjang.

"Bulan lalu, saya sempat sampaikan prediksi saya bahwa Covid-19 ini berpotensi jadi endemik alias kita bakal berkawan lama dengannya," ujar Dicky.

Di sisi lain, Dicky berkata pemerintah harus memiliki strategi nasional. Di dalam strategi itu, kata dia memuat kolaborasi dan sinergi berbagai pihak terkait. Selanjutnya, dia memperkuat syndromic surveillance ILI dan ISPA.

Setelah itu, dia berkata pemerintah perlu memperkuat tes dan penelusuran kontak dengan pasien positif. Terkait itu, dia meminta rapid test harus dipertimbangkan dengan baik.

"Untuk contact tracing kami lihat belum optimal. Ini memang memerlukan SDM yang luar biasa. Idealnya dipimpin epidemiolog lapangan," ujarnya.

Dicky mengatakan karantina terpusat juga lebih efektif daripada isolasi mandiri. Dia juga berkata peningkatan dan dukungan layanan kesehatan sangat diperlukan.

"Tanpa adanya peningkatan saat puncak angka kematian akan banyak," ujar Dicky.

Dicky menambahkan sudah ada penyampaian data Covid-19 dari pemerintah. Ia berharap pemerintah konsisten dalam hal ini.

"Data sebenarnya tidak terlalu perlu yang sangat detail, cukup kasus baru harian, jumlah kumulatif, jumlah tes (yang positif dan yang dites), kasus yang bergejala dan tidak, data demografi, kluster, kasus terlacak, jumlah yang diisolasi, data Ro, hingga doubling time," ujarnya.

Lebih dari itu, Dicky mengatakan prediksi besar sudah relatif bisa diambil dari kajian para epidemiolog. Namun, dia berkata hal penting dan utama selanjutnya adalah menyusun startegi nasional dan penguatan implementasi di strategi utama.

Sebelumnya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyatakan pandemi virus corona (Covid-19) dipastikan berakhir jika telah ditemukan vaksin virus tersebut. Di luar skenario itu, belum bisa diprediksi akhir pandemi Covid-19 di Indonesia.

Vaksin virus corona diprediksi dapat ditemukan tahun depan. Selama masa penelitian vaksin, masyarakat diminta melakukan perubahan perilaku, yakni beraktivitas dengan menerapkan  jaga jarak aman dan disiplin menerapkan pola hidup bersih dan sehat. (jps/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER