Perubahan Bumi dan Bencana Alam Akibat Matahari Lockdown

CNN Indonesia
Selasa, 19 Mei 2020 08:28 WIB
Suasana matahari tenggelam (sunset) di areal Tanjung Lesung Banten, Jumat (22/9). Tanjung lesung merupakan salah satu pantai yang eksotis di Banten dan menjadi destinasi prioritas yang tengah dikembangkan Pemerintah Banten dan pemerintah telah menetapkan sebagai Kawasan ekonomi Khusus Pariwisata di Indonesia. ANTARA FOTO/Yusran Uccang/foc/17.
Ilustrasi matahari tenggelam. (ANTARA FOTO/Yusran Uccang)
Jakarta, CNN Indonesia -- Matahari yang sedang dalam fase lockdown pada saat ini diprediksi bisa memicu fenomena alam di bumi. Ahli mengatakan penurunan aktivitas matahari berpotensi mengakibatkan kejadian bencana seperti periode Minimum Dalton pada abad 17.

Ahli menjelaskan fase lockdown menunjukkan aktivitas matahari berkurang drastis yang biasa disebut periode solar minimum. Hal itu ditandai menghilangnya bintik-bintik matahari.


Dilansir dari Nature World News, ahli astronomi Tony Philips menyampaikan, kondisi matahari lockdown bisa mengakibatkan pancaran sinar kosmik bertambah di tata surya, kemudian memicu fenomena alam. Hal itu disebut bakal lebih terasa di kutub utara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sinar kosmik yang berlebihan disebut sanggup memicu petir yang jadi ancaman kesehatan.

Ilmuwan Jeff Knight juga menyampaikan aktivitas minimum matahari berkontribusi membuat musim dingin lebih menggigil seperti terjadi pada 2008 dan 2010 di Inggris.

Bencana Besar

Pada periode Minimum Dalton (1790-1830) sempat terjadi beberapa fenomena alam karena aktivitas matahari rendah yang membuat suhu global turun. Pada periode itu cuaca sangat dingin, terjadi gagal panen, kelaparan, dan letusan gunung berapi signifikan.

Temperatur di bumi sempat turun hingga 2 derajat Celcius selama lebih dari 20 tahun, ini dikatakan sempat bikin Sungai Thames di Inggris membeku dan badai petir melanda Bumi pada abad ke-17 dan ke-18.


Dilansir dari Britannica, wilayah utara Bumi mengalami periode salju tebal sporadis yang mematikan selama Juni, Juli, dan Agustus 1816 akibat penurunan aktivitas matahari.

Pada 1816 tercatat sebagai periode yang disebut 'tahun tanpa musim panas' .

Pada 1815 Gunung Tambora di Indonesia meletus hingga menyebabkan aktivitas matahari terhalang abu gunung berapi (matahari lockdown) pada satu tahun setelahnya. Letusan dijuluki sebagai letusan gunung berapi terbesar kedua dalam 2 ribu tahun yang menewaskan sedikitnya 71 ribu orang. (panji/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER