Jakarta, CNN Indonesia -- Pada Mei 2020, ada riset yang menunjukkan ada sistem imun beberapa orang yang lebih kuat melawan virus corona SARS-Cov-2 (
Covid-19). Sistem imun ini disebut T cell helper (sel T pembantu) yang mampu mengenali virus dan merespons dengan tepat.
Menurut epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, sel T atau T-cells merupakan salah satu tipe dari darah putih yang berperan sebagai antibodi tubuh.
Sel ini bekerja sama dengan makrofag (sel pada jaringan yang berasal dari sel darah putih dan difungsikan untuk pertahanan) untuk menyerang virus atau bakteri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bedanya kata Dicky, makrofag menyerang virus secara umum tetapi sel T dapat menyerang virus secara spesifik dengan cara melindungi secara langsung atau mengaktifkan sistem imun.
"Seperti halnya darah putih dan darah merah, sel T terbentuk di sumsum tulang belakang. Tubuh kita memiliki 25 juta sel T yang berbeda. Setiap sel memiliki reseptor antigen yang spesifik," kata Dicky saat dihubungi
CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Selasa (9/6).
Khusus sel T pembantu atau juga bisa disebut sel CD4 + T, sel ini berfungsi untuk mengendapkan produksi antibodi oleh sel B dan memproduksi zat yang mengaktifkan sel T sitotoksik serta makrofag.
Sel T sitotoksik (sel CD8 + T) sendiri terlibat dalam penghancuran langsung sel-sel yang telah menjadi kanker atau terinfeksi virus.
"Pada saat sel T mengetahui adanya ancaman virus berbahaya, maka secara langsung sel T ini dapat menggandakan diri agar tubuh tetap mampu menyimpan energi dan bekerja dengan baik untuk membunuh virus corona Covid-19," jelas Dicky.
Merujuk pada penelitian ini yang diterbitkan di journal Cell (https://www.cell.com/cell/fulltext/S0092-8674(20)30610-3) salah satu peneliti, Alessandro Sette mengatakan sel T dapat membantu menghasilkan kekebalan yang lebih cepat dan kuat.
Dicky pun mengiyakan hasil penelitian tersebut. Menurut dia, seseorang yang berhasil dan sembuh melawan Covid-19, memiliki respon sel T yang baik.
Sebaliknya, seseorang yang tidak dapat bertahan dari Covid-19, tidak menghasilkan respon sel T yang cukup baik.
"Studi menemukan beberapa orang yang tidak pernah terinfeksi SARS-Cov-2 memiliki pertahanan T seluler ini, kemungkinan besar karena mereka sebelumnya terinfeksi dengan virus corona lainnya. Sel T penolong memacu pembela kekebalan tubuh lainnya untuk bekerja. Tingkat keparahan penyakit Covid dapat bergantung pada kekuatan respon sel T ini," jelas Dicky.
"Orang yang belum terinfeksi SARS-Cov-2 ini telah memiliki sel T penolong yang mengenali SARS-Cov-2. Reaksi sel-sel ini kemungkinan dipicu oleh infeksi masa lalu dengan salah satu dari empat virus corona manusia yang menyebabkan pilek, di mana protein dalam virus tersebut menyerupai SARS-Cov-2," tambahnya.
(din/mik)
[Gambas:Video CNN]