Jakarta, CNN Indonesia --
Trenggiling tak lagi masuk dalam daftar resmi
obat tradisional China. Kebijakan itu dikeluarkan pemerintah China setelah munculnya kasus
Covid-19 dan peningkatan perlindungan hukum terhadap hewan yang terancam punah.
Di China, trenggiling telah lama diyakini memberikan bantuan untuk radang sendi dan merangsang laktasi.
Otoritas kesehatan China juga telah menghapus obat dan pil yang diformulasikan dari kotoran kelelawar.
Otoritas kehutanan China memberi trenggiling perlindungan tingkat tertinggi karena statusnya yang terancam. Mereka menyatakan trenggiling ditarik dari Farmakope (pedoman untuk produk medis tradisional) meskipun tidak memberi penjelasan secara spesifik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini beberapa ilmuwan menduga trenggiling, mamalia yang paling banyak diperdagangkan di dunia sebagai host dari virus corona baru yang muncul di sebuah pasar di kota Wuhan China tahun lalu.
Melansir
Science Alert, bagian tubuh trenggiling memiliki nilai jual tinggi di pasar gelap karena digunakan dalam pengobatan tradisional China. Namun, para ilmuwan mengatakan trenggilinh tidak memiliki nilai terapi.
Pasca ditemukannya kasus Covid-19, China melarang penjualan hewan liar untuk makanan, dengan alasan risiko penyakit menular ke manusia. Namun, China masih melegalkan perdagangan hewan liar untuk tujuan lain, seperti untuk penelitian dan pengobatan tradisional.
World Wildlife Fund menilai larangan untuk trenggiling dijadikan bahan obat tradisional China merupakan tonggak penting dalam memberi perlindungan bagi mamalia yang terancam punah tersebut.
Melansir
Vice, otoritas Tiongkok sebanarnya telah melarang perburuan sejak tahun 2007 dan melarang impor komersial produk-produk terkait trenggiling pada tahun 2018. Namun, kebijakan itu hanya sedikit membendung ekploitasi trenggiling karena masih adanya celah.
Pengawas satwa liar TRAFFIC memperkirakan hampir 900.000 trenggiling telah diperdagangkan secara global sejak tahun 2000. Sekitar 195.000 trenggiling diperdagangkan pada tahun 2019.
Perdagangan satwa liar lazim di seluruh Cina dan Asia Tenggara. Sebab, penindakan yang dilakukan selama ini kurang memiliki efek jera.
(jps/eks)
[Gambas:Video CNN]