Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Bidang Jaringan dan Kampanye Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (
YLBHI), Arif Yogiawan menduga akun
Instagram YLBHI diretas. Tiba-tiba email verifikasi Instagram diubah seseorang dan akun tidak dapat diakses lagi.
Menurut Arif, pihaknya tidak mengetahui sejak kapan peretas bisa masuk ke akun Instagram. Sebab perubahan email verifikasi Instagram hanya bisa dilakukan apabila seseorang masuk ke dalam akun tersebut.
"Staf kampanye YLBHI, pada jam 13.02 WIB melaporkan bahwa akun email verifikasi Instagram ada yang merubah. Pada jam 13.09 WIB akun sudah benar-benar tidak dapat diakses lagi oleh admin," kata Arif saat dihubungi
CNNIndonesia, Senin (15/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arif mengatakan pada pukul 15.00 WIB, akun sudah dapat diambil alih. Akan tetapi, hingga saat ini belum digunakan oleh tim.
Apabila akun kembali bisa digunakan oleh admin, peretas belum merubah kata sandi akun tersebut. Padahal peretas telah berhasil merubah alamat email verifikasi akun tersebut.
"Artinya kami masih harus memastikan bahwa akun Instagram kami betul-betul aman," ujar Arif.
Saat ditanya soal kemungkinan penyebab peretasan, Arif mengatakan YLBHI baru saja menggelar diskusi bertajuk Tanda-Tanda Otoritarianisme Pemerintah pada Minggu kemarin (14/6).
"Saya tidak tahu persis karena apa akun kami diretas. Tetapi kegiatan kami terakhir adalah menggelar diskusi webinar tentang otoritarian," ujar kata Arif.
Sejauh ini Arief mengatakan belum ada konten di IG YLBHI yang dihapus. Belum ada juga konten yang diunggah akun IG oleh peretas.
CNNIndonesia telah menghubungi Instagram soal kasus peretasan ini, namun pihak Instagram belum memberikan pernyataan.
Ketua YLBHI Asfinawati sempat mengatakan peretasan akun para aktivis terjadi secara masif. Terutama mereka yang selama ini vokal mengkritik RUU Omnibus Law Cipta Kerja.
Korban peretasan yang dimaksud antara lain Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Merah Johansyah, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) Fajar Adi Nugroho.
Kemudian, aktivis Gejayan Memanggil Syahdan Husein serta peneliti SafeNet damar Juniarto. Nomor WhatsApp Aktivis Ravio Patra juga diduga diretas dan menyebarkan propaganda negatif.
(jnp/mik)
[Gambas:Video CNN]