Ramalan Kiamat, Kalender Julian Sebut Bumi Berada di 2012

CNN Indonesia
Kamis, 18 Jun 2020 10:46 WIB
Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah menemukan exoplanet yang mengorbit di satu bintang tunggal seperti di tata surya tempat manusia hidup. Planet berbatu tersebut dapat mendukung keberadaan air cair dan NASA mengatakan planet ini sangat mirip dengan Bumi.
Ilustrasi. (Foto: Screenshot via web Nasa.Gov)
Jakarta, CNN Indonesia --

Para ahli teori konspirasi baru ini mengklaim bahwa perhitungan ulang kalender Maya menunjukkan kiamat akan terjadi pada 21 Juni 2020. Hal itu berdasarkan penanggalan kalender Julian menjelaskan Bumi saat berada di tahun 2012.

Laporan malapetaka bumi muncul setelah cuitan Paolo Tagaloguin di Twitter yang menjelaskan telah menghitung ulang tanggal berakhirnya kalender Long Count Mesoamerika.

Menurut New York Post, Tagaloguin mencatat perbedaan dalam cara perhitungan kalender. Akibatnya, beberapa laporan media mengatakan tanggal sebenarnya kalender Maya berakhir adalah 21 Juni 2020, atau hari Minggu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tagaloguin menghitung berdasarkan kalender Julian. Ia mengatakan berdasarkan kalender tersebut, saat ini Bumi yang disebut menggunakan kalender Gregorian masih berada di tahun 2012, mendekati kiamat pada tanggal 21 Desember 2012.

Berbeda dari Kalender Hijriah, setahun dalam Kalender Gregorian disebut 11 hari lebih panjang dari Kalender Hijriah.

Paolo dalam cuitannya menyebut Jumlah hari yang hilang dalam satu tahun karena pergeseran ke Kalender Gregorian adalah 11 hari. Selama 268 tahun menggunakan Kalender Gregorian (1752-2020) dikalikan 11 hari menghasilkan 2.948 hari.

Jumlah 2.948 hari kemudian dibagi 365 hari (per tahun) menghasilkan 8 tahun. Kemudian 2020 dikurangi 8 menghasilkan 2012.

Tanggal asli kalender Long Count Mesoamerika seharusnya berakhir pada 21 Desember 2012. Pada saat itu, para pakar bangsa Maya kuno mengatakan tidak ada alasan untuk berpikir peradaban dunia akan berakhir pada titik ini.

Ahli justru mengatakan tanggal tersebut adalah itu adalah akhir dari sebuah siklus, dengan siklus awal yang baru setelah siklus lama berakhir.

"Bagi bangsa Maya kuno, itu adalah perayaan besar untuk mencapai akhir dari seluruh siklus, " kata Direktur Eksekutif di Foundation for the Advancement of Mesoamerican Studies, Sandra Noble.

Noble justru mengatakan teori konspirasi yang mengatakan bahwa kalender meramalkan kiamat hanya sebuah buatan belaka dan digunakan banyak orang untuk monetisasi.

Di sisi lain, Profesor Arkeologi Mesoamerika di Institut Arkeologi UCL, Inggris, Elizabeth Graham mengatakan perhitungan ulang Tagaloguin tidak masuk akal karena bangsa Maya menghitung hari, bukan tahun, Kalender Maya mengacu pada akhir putaran atau siklus kalender utama yang disebut baktun.

"Baktun adalah 144 ribu hari. Bangsa Maya tidak menghitung dengan apa yang kita sebut sebagai 'tahun'. Mereka hanya menggunakan hari. Jadi mereka tidak perlu khawatir tentang 'tahun' memiliki jumlah hari yang tidak tepat," ujar Graham.

Begitu arkeolog tahu berapa hari yang lalu dirujuk dalam sebuah prasasti, dan ingin menemukan yang setara dalam kalender saat ini, arkeolog harus mencari tahu berapa hari sebenarnya diliputi oleh 'tahun' di kalender saat ini.

"Karena 'tahun' saat bervariasi dalam jumlah hari untuk memperhitungkan pergeseran yang diwakili oleh 365.25xxx, sebenarnya bukan 365 hari," kata Graham.

Graham mencontohkan tahun kabisat yang memiliki jumlah hari lebih banyak setiap empat tahun sekali.

Dilansir dari Newsweek, beberapa siklus Maya dengan satu 360 hari memang serupa dengan perhitungan hari dalam satu tahun. Serupa dengan durasi satu tahun sama dengan 360 hari.

Oleh karena itu, Graham mengatakan beberapa orang membuat kesalahan dengan berbicara tentang tahun dalam kalender Maya:

"Tetapi mereka tidak memiliki siklus bernama untuk 'tahun' yang setara dengan 365.25xxx hari kami. Jadi tidak akan bisa mencari tahu persamaan dengan mengasumsikan Maya menghitung 'tahun'," ujar Graham.

(jnp/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER