LIPI Ungkap Beda Sinar UVC Pembunuh Corona dengan yang Palsu

CNN Indonesia
Rabu, 24 Jun 2020 10:56 WIB
Protective medical mask with the inscription Covid-19 and with small coronavirus molecules under an ultraviolet lamp
Ilustrasi sinar UVC. (iStockphoto/alvintus)
Jakarta, CNN Indonesia --

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan masyarakat awam akan sulit membedakan sinar ultraviolet UV-C yang bisa membunuh bakteri virus corona Covid-19 dengan sinar UV lainnya yang tak dapat membunuh bakteri.

Peneliti bidang Teknologi Radio dan Optik, di Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, Yusuf Nur Wijayanto mengatakan ada tiga jenis sinar UV, yakni UV-A, UV-B, dan UV-C.

Perbedaan ketiga sinar UV adalah berdasarkan panjang gelombang yang bisa diukur dengan alat bernama optical spectrum analyzer atau optical wavelength meter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Satu hal yang pasti bisa dibedakan dengan mengukur panjang gelombang dari sinar tersebut pada range UV-C yaitu 100 hingga 280 nm tentu dengan menggunakan alat ukur berupa optical spectrum analyzer atau optical wavelength meter," kata Yusuf saat dihubungi CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

Yusuf mengatakan selama panjang gelombang yang terukur pada operasi UV-C, maka bisa digunakan untuk sterilisasi baik dengan paparan sinarnya langsung atau dengan pembentukan ozon.

Oleh karena itu, pembuktian perbedaan sinar UV-C sulit dilakukan  orang awam.

"Jadi kalau ingin membuktikan benar tidak nya sinar UV-C yang bisa memastikan dengan mengukur panjang gelombangnya. Jadi agak sulit dilakukan oleh orang awam," kata Yusuf.

Yusuf menjelaskan tiap tipe memiliki tingkat energi dan daya tembus lapisan atmosfer yang berbeda. Ia menjelaskan sekitar 90-95 persen radiasi UV tipe A dengan tingkat energi paling rendah dapat menembus lapisan permukaan atmosfer.

Sedangkan 5-10 persen radiasi UV tipe B yang bisa mencapai permukaan. Sementara UV-C punya tingkat radiasi paling tinggi.

Sementara itu, sinar UV-C yang dipancarkan Matahari tak sampai ke Bumi. Sebab, sinar ini diserap oleh lapisan ozon yang melindungi kehidupan manusia.

Namun sinar UV-C bisa sampai ke permukaan Bumi di daerah yang ozonnya terkikis, seperti di kutub misalnya.

Lebih lanjut, Yusuf mengatakan sinar UV-C berbeda dengan kedua sinar UV lainnya yang memiliki manfaat untuk kehidupan dan manusia. UV-C bisa mengakibatkan kanker kulit dan merusak mata.

Khusus untuk UV-A dan UV-B, Taufik menyebut masih memiliki manfaat untuk kehidupan manusia, misalnya untuk menyehatkan kulit hingga pembentukan vitamin D.

"Jika UV-C terkena oleh manusia maka bisa mengakibatkan kanker kulit dan merusak  mata jika sering terpapar. Karena makhluk hidup termasuk manusia terdiri dari sel sel kecil yang ada di dalam tubuh. Jadi UV-C mempunyai sifat merusak untuk kehidupan," ujar Yusuf.

Dilansir dari Hackaday, tidak semua sinar UV yang bisa menghancurkan virus dan bakteri. Bahkan ada seorang pembeli di Amazon yang membeli lampu LED anti bakteri UV-C.

Pembeli tersebut curiga karena membandingkan bentuk lampu UV-C yang terbukti asli dengan yang ia beli. Lensa yang melapisi lampu UV-C memiliki bahan kaca quartz. Sedangkan lensa produk yang ia beli, hanya berbahan plastik.

(jnp/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER