Epidemiolog menyarankan berbagai daerah untuk segera mengambil langkah peningkatan pengetesan agar tidak menjadi seperti Solo yang kini menyandang status zona merah Covid-19.
Sebab, menurut epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman faktor pengetesan sangat penting untuk mendeteksi penyebaran penyakit dalam sebuah pandemi. Jika tidak segera dilakukan pengetesan masif, semua wilayah berpotensi seperti Solo.
Selain itu, minimnya pengujian akan berdampak pada meningkatnya kasus positif di rumah sakit dan kematian. Lebih lanjut, ia menyatakan Indonesia tertinggal dari daerah lain dalam mendeteksi penyakit Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama ini kita tertinggal di belakang virus penyebab pandemi ini, terutama dari sisi kecepatan kita dalam meningkatkan deteksi dini kasus infeksi di masyarakat," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Senin (13/7).
Lebih lanjut, Dicky menyarankan pemerintah Solo untuk meningkatkan pengujian dengan menggunakan RT-PCR. Dia berkata pengujian itu harus dilakukan hingga positive rate 5 persen dan rasio minimal 1 persen dari total penduduk.
"Hal seperti ini sekali lagi saya tekankan berlaku untuk semua wilayah dimana pun. Jangan sampai mengklaim zona hijau, tapi rasio pengetesan tidak (sampai) 1 persen dari total penduduk dan positive rate nya tidak 3 persen," ujarnya.
Di sisi lain, Dicky juga mengingatkan pihak terkait untuk melakukan pengetesan terhadap tanaga medis. Sebab, dia menemukan fakta bahwa jumalh kasus positif terhadap Covid-19 meningkat.
Ia pun meminta diberi protokol ketat untuk mencegah penularan. Seperti penguatan jumlah dan kualitas APD yang digunakan tenaga medis.
"Selain itu, secara berkala dilakukan test lagi, bisa berdasar indikasi atau gejala dan surveilans," ujar Dicky.
Lebih dari itu, dia mengatakan peningkatan tes sesuai dengan saran Badan Kesehatan Dunia.
(jps/eks)