Mengenal Sistem Pemadam Kebakaran Hutan RI yang Tiru Kanada

CNN Indonesia
Rabu, 22 Jul 2020 03:39 WIB
A firefighter controls a backburn near Mangrove Mountain, north of Sydney, Australia, Sunday, Dec. 8, 2019. Hot dry conditions have brought an early start to the fire season. (AP Photo/Rick Rycroft)
Ilustrasi Karhutla. (AP Photo/Rick Rycroft)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan pihaknya telah meningkatkan Fire Danger Rating System (FDRS) atau sistem kebakaran hutan dalam hal resolusi data input dengan mengkombinasikan data pengamatan stasiun-stasiun BMKG dengan data penginderaan jauh.

Data prediksi yang digunakan juga ditingkatkan dengan resolusi yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Indonesia.

Sistem FDRS baru ini menurut Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG, Agie Wandala Putra, dinamakan dengan SPARTAN (Sistem Peringatan Kebakaran Hutan).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"BMKG dalam kapasitas tugasnya mendukung pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan lahan, memberikan informasi berupa peta sebaran dan trayektori asap kebakaran hutan, informasi titik api (geohotspot), informasi hari tanpa hujan, informasi potensi pertumbuhan awan hujan, dan informasi sistem peringatan kebakaran hutan," jelas Agie saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (16/7).

FDRS kata Agie didasarkan pada sistem Fire Weather Index dari Kanada yang dalam penggunaannya di Tanah Air telah dilakukan kalibrasi indeks menggunakan catatan historis kondisi kebakaran hutan di Indonesia.

Lebih lanjut Agie menuturkan bahwa FDRS terdiri dari enam indeks kerentanan yang terdiri dari tiga indeks kekeringan lapisan tanah, dan tiga indeks perilaku api (fire behaviour).

"Masing-masing indeks memiliki kontribusi dalam menggambarkan tiap aspek penting dalam peningkatan potensi terjadinya kebakaran hutan," ujarnya.

"Tiga indeks kekeringan lapisan tanah dalam sistem FWI terdiri dari indeks FFMC (Fine Fuel Moisture Code) yang menggambarkan tingkat kekeringan dan kemudahan terbakar dedaunan kering dan alang-alang yang biasanya menutupi lantau hutan," sambung Agie.

Lalu indeks DMC (Duff Moisture Code) menggambarkan tingkat kekeringan dan kemudahan lapisan tanah organik atau gambut pada kedalaman lima hingga 10 sentimeter serta bahan-bahan kayu ringan, misalnya ranting-ranting kecil.

Sementara indeks DC (Dought Code) yang menggambarkan tingkat kekeringan lapisan tanah organik padat atau gambut yang biasannya berada pada kedalaman kurang dari 10 sentimeter dan bahan-bahan kayu berat seperti gelondongan kayu di permukaan tanah.

Sedangkan tiga indeks perilaku api terdiri dari BUI (Build Up Index) yang menggambarkan potensi jumlah bahan organik mudah terbakar akibat kekeringan.

Kemudian ada ISI (Initial Spread Index) yang menunjukkan potensi kecepatan penyebaran api jika terjadi kebakaran hutan dan FWI (Fire Weather Index) yang menggambarkan potensi intensitas api jika terjadi kebakaran hutan.

Agie mengimbau kepada masyarakat untuk mengakses laman BMKG untuk memperoleh informasi soal SPARTAN atau Sistem Peringatan Kebakaran Hutan.

(din/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER