Peneliti menemukan Gunung Raung (3.332 mdpl), Jawa Timur, memiliki interval letusan antara 1,2-2,5 tahun.
Itu adalah hasil penelitian vulkanologi ITB dan sejumlah mahasiswa teknik geologi ITB terhadap pulau yang masuk dalam tiga kabupaten di ujung Jatim tersebut.
"Kami tengah meneliti bentuk kristal dari lava Gunung Raung lalu dianalisis menggunakan Crystal Size Distribution (CSD). Hasilnya adalah kami memperoleh residence time (waktu tinggal)," kata vulkanolog Mirzam Abdurrachman seperti dilansir Antara, Sabtu (18/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari hasil penelitian mereka, pengajar di Program Studi Teknik Geologi ITB itu mengatakan, waktu tinggal Gunung Raung yang terpendek 1,2 tahun dan terpanjang 2,5 tahun.
"Artinya, gunung tersebut akan meletus setiap rentang tersebut. Apabila melewati itu, maka letusan berikutnya akan lebih besar karena telah terjadi akumulasi energi dalam waktu yang lama," katanya.
Ia menjelaskan pula bahwa gunung yang berada di perbatasan Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember itu tercatat telah meletus delapan kali dalam 20 tahun terakhir. Gunung Raung itu meletus pada tahun 2000, 2002, 2004, 2005, 2007, 2012, dan 2015.
"Dari hal tersebut dapat dihitung rata-rata interval meletus sekitar 2,8 tahun," kata Mirzam.
Terkini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM menyatakan gunung Raung telah dinaikkan kembali statusnya jadi Waspada (Level II) sejak 17 Juli 2020.
Mirzam mengatakan, sejak letusan terakhir tahun 2015 hingga peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Raung pada 16 Juli 2020, intervalnya sekitar lima tahun. Itu, kata dia, lebih panjang dibandingkan dengan perkiraan interval letusan antara 2,5 tahun sampai 2,8 tahun.
"Tak mengherankan jika saat ini Gunung Raung telah mencapai Level II dan telah mengeluarkan abu vulkanik," kata Mirzam.
Ia juga menjelaskan bahwa batuan penyusun Gunung Raung adalah batuan basal yang memiliki kandungan SiO2 rendah sehingga lavanya akan encer.
Namun, ia melanjutkan, keberadaan reaksi dengan batuan yang lebih tua berupa karbonat atau batu gamping akan mengentalkan lava serta membuat material tersebut berpotensi dikeluarkan secara eksplosif.
"Apabila demikian dan letusan eksplosif terjadi, serta jika abu vulkanik telah muncul, masyarakat disarankan memakai masker yang sedikit dibasahi air guna menyaring abu tersebut agar tidak masuk serta menempel pada saluran pernapasan," katanya.
![]() |
Sebelumnya, pada 17 Juli lalu, Kepala PVMBG Kasbani mengatakan naiknya status Gunung Raung itu dilakukan pihaknya karena ada peningkatan aktivitas vulkanik.
Atas dasar itu, Kasbani pun meminta masyarakat serta wisatawan tidak berada atau beraktivitas dalam radius dua km dari kawah puncak Gunung Raung.
Kasbani mengemukakan adanya potensi sebaran material dari hembusan abu Gunung Raung pada 16 dan 17 Juli 2020.
"Konsentrasi potensi bahaya masih berada di sekitar kawah/puncak Gunung Raung, yang merupakan Kawasan Rawan Bencana III. Namun demikian, sebaran abu dapat terbawa ke daerah yang lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin," kata Kasbani.
Gunung Raung merupakan salah satu gunung api aktif yang berada di Jawa Timur dan gunung api itu merupakan gunung api strato berkaldera, dengan kawah utama Kaldera Raung.
Kaldera Raung berbentuk ellips dengan ukuran 1750 x 2250 meter, dalamnya 400-550 meter dari pematang gunung dengan posisi gunung secara administratif termasuk dalam tiga wilayah Kabupaten, yakni Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember. Tingkat aktivitas Gunung Raung adalah Level I (Normal) sejak 24 Oktober 2016.
Gunung api ini merupakan gunung api strato berkaldera, dengan kawah utama Kaldera Raung. Kaldera Raung berbentuk ellips dengan ukuran 1750 x 2250 m, dalamnya 400-550 m dari pematang gunung. Posisi G. Raung secara administratif termasuk dalam tiga wilayah Kabupaten, yakni Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember. Tingkat aktivitas Gunung Raung adalah Level I (Normal) sejak 24 Oktober 2016.
(antara/kid)