Ahli Epidemiologi Universitas Airlangga Surabaya, Windhu Purnomo mengatakan strategi utama untuk menurunkan jumlah kasus positif virus corona Covid-19 di Indonesia adalah dengan memperbanyak testing.
Jumlah kasus positif virus corona Covid-19 di Indonesia telah menyalip China. Saat ini kasus positif di Indonesia berjumlah 84.882, sedangkan China berjumlah 83.660.
"Testing, kita dapat oh ini positif langsung diisolasi. Kemudian siapa yang kontak dengan dia, misal dengan seorang positif Covid-19 ya masa inkubasinya sampai 14 hari dan kita lihat siapa yang dia konta 14 hari ke belakang," kata Windhu saat dihubungi CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Windhu mengatakan setelah kluster didapatkan, langsung diisolasi baik itu yang menderita Covid-19 dengan gejala sedang sampai berat.
Windhu pun menyadari bahwa tes PCR memang tergolong masih mahal, namun ada cara lain yang bisa ditempuh untuk mengurangi anggaran yaitu dengan metode pool testing.
"PCR mahal tapi sekarang sudah ada metode terutama di negara-negara berkembang dan di jurnal-jurnal sudah menunjukkan validitasnya setara yaitu pool testing," jelas Windhu.
"Pool testing artinya setiap 30 orang dikumpulkan menjadi satu spesimen. Jadi kalau negatif berarti 30 orang itu negatif semua. Tetapi kalau ada yang positif baru setiap orang diperiksa karena sudah punya swab masing-masing," tambahnya.
Dengan metode pool testing itu, Windhu meyakini dapat meningkatkan jumlah testing dan menurunkan anggaran PCR yang mahal karena validitasnya setara dengan testing individual.
Sebelumnya, Ahli Epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan pemerintah harus mewaspadai hal tersebut, sebab Indonesia berpotensi menjadi episentrum Covid-19 di Asia.
"Dengan eskalasi pertambahan eksponensial yang akan menyentuh 100 ribu, dan kapasitas testing dan tracing di berbagai daerah yang belum meningkat, maka potensi kita jadi episentrum baru di Asia bisa terjadi. ," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (19/7).
Pernyataan dari Dicky tersebut dikarenakan jumlah tes di Indonesia masih terlampau sangat jauh dibandingkan China. Sehingga ia mengatakan masih banyak kasus positif Covid-19 yang belum terdeteksi.
"Yang harus jadi perhatian dan waspada adalah perbedaan yang sangat jauh dalam kapasitas testing tracing kita dan China. Dengan jumlah kasus yang hampir sama, kita baru melakukan tes pada orang sekitar 700 ribu. Sedangkan China hampir 90 juta," kata Dicky.
Dicky mengingatkan Indonesia sempat menjadi episentrum pandemi Flu Burung (H5N1). Ia mengatakan Covid-19 berbeda dengan Flu Burung karena sulit terdeteksi. Oleh karena itu ia terus mengingatkan agar test dan tracing terus ditingkatkan oleh pemerintah.
"Sejak Maret lalu, saya sudah menyampaikan analisa dan prediksi potensi India, Brasil, dan Indonesia menjadi episenter Covid-19 karena besarnya populasi dan masih belum kuatnya sistem kesehatan," ujar Dicky.
Saat ini Brazil memiliki jumlah kasus positif Covid-19 sebesar 2.075.246 orang dengan angka kematian 78.817 jiwa. Sedangkan India memiliki angka kasus 1.078.757 dengan angka kematian 26.838 jiwa.