Transportasi Publik Terhubung Gojek, Pengguna Naik 550 Persen

Gojek | CNN Indonesia
Rabu, 05 Agu 2020 10:26 WIB
Gojek mendukung penggunaan transportasi publik melalui layanan GoCar dan GoRide dengan sejumlah keunggulan, termasuk keamanan dan keselamatan pengguna.
Gojek mendukung penggunaan transportasi publik melalui layanan GoCar dan GoRide dengan sejumlah keunggulan. (Foto: Dok. Gojek)
Jakarta, CNN Indonesia --

Keberadaan transportasi online seperti Gojek kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari fenomena mobilitas urban. Menurut penelitian terbaru, solusi komprehensif yang dihadirkan Gojek sebagai penyedia layanan GoRide dan GoCar mampu mewujudkan integrasi transportasi multimoda sehingga mendorong jumlah pengguna transportasi publik.

Data internal Gojek menyatakan pengguna GoRide dan GoCar dengan tujuan stasiun MRT pada Desember 2019 meningkat hampir tujuh kali lipat sejak MRT dioperasikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Analisis data tersebut juga menunjukkan ke-11 lokasi stasiun KRL Commuter Line dan Kereta Jarak Jauh menjadi titik keberangkatan dan tujuan yang paling sering dipesan di layanan Gojek. Selain itu, perjalanan dengan GoRide dan GoCar menuju dan dari stasiun MRT sejak pertama kali kereta cepat tersebut dioperasikan pada Maret 2019 disebut meningkat sampai 550 persen.

Dukungan Gojek terhadap penggunaan transportasi publik diperkuat dengan temuan bahwa satu dari dua pelanggan memanfaatkan layanan Gojek untuk menjangkau hub transportasi publik, dan jumlah perjalanan yang meningkat 46 persen setiap tahun. Baik GoRide maupun GoCar sebagai penghubung transportasi publik seperti stasiun MRT, KRL, dan Transjakarta tercatat dapat menghemat waktu pengguna hingga 40 persen.

"Kenaikan tersebut menunjukkan kehadiran layanan GoRide dan GoCar telah menjadi bagian penting yang melengkapi transportasi publik guna memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat di wilayah urban seperti Jabodetabek," kata Head of Transport Gojek Group Raditya Wibowo.

Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia Pusat Harya S Dillon menyatakan pengguna ojek daring setidaknya mendukung 50 persen lebih pemakaian transportasi publik. Ia berharap agar transportasi daring lebih dimaksimalkan.

"Kepercayaan penggunaan ojek online seperti Gojek di masa adaptasi kebiasaan baru mencapai hingga 45% dari total pengguna aktif transportasi publik, menduduki tingkat pertama dibandingkan pilihan transportasi lainnya. Total pengguna ojek online tersebut setidaknya mendukung hampir 66.2% total responden untuk tetap mau menggunakan transportasi publik,"

"Kehadiran transportasi online memberikan nilai lebih yang sebelumnya didapat dari transportasi pribadi. Sehingga, harus dimaksimalkan melalui integrasi antarmoda sebagai segmen sarana penghubung awal dan akhir perjalanan (first-mile-last-mile). Integrasi ini akan membuat pengguna angkutan publik atau moda raya dapat melakukan perjalanan secara mulus, tuntas dengan minim kendaraan pribadi," kata Harya.

Pengemudi taksi daring menggunakan sekat pembatas saat mengantar penumpang di jalan KH.Sholeh Iskandar, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/7/2020). Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengajak aplikator transportasi daring beserta mitra untuk mematuhi protokol kesehatan pencegahan dan penyebaran pandemi COVID-19 guna mengembalikan kepercayaan masyarakat menuju Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/NZGoCar, salah satu layanan Gojek yang jadi andalan masyarakat. (Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Raditya mengatakan, Gojek menghadirkan solusi teknologi GoTransit untuk meningkatkan integrasi transportasi multimoda.

"Solusi ini membantu pengguna kami untuk merencanakan dan memantau perjalanan dari/ke berbagai titik hub transportasi publik melalui rekomendasi rute terintegrasi dan informasi operasional. Nantinya, layanan GoTransit ini akan memungkinkan pemesanan maupun pembelian tiket transportasi multimoda. Perjalanan yang lebih terhubung kami percayai bisa membuat masyarakat lebih banyak menggunakan transportasi publik," ujarnya.

Ia menambahkan hingga saat ini pihaknya tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah, termasuk di 35 Zona Nyaman J3K (Jaga Keamanan, Jaga Kesehatan, Jaga Kebersihan) di berbagai kota. Di zona-zona itu, terdapat pengukuran suhu tubuh bagi pelanggan dan mitra driver, pengelolaan antrian dengan prinsip jaga jarak, penyediaan hand sanitizer dan hairnet, serta distribusi masker gratis untuk pengguna yang belum membawanya.

"Gojek adalah aplikasi on-demand pertama yang memiliki layanan kesehatan ini untuk konsumen," kata Raditya.

Hal tersebut seiring dengan riset yang mana Gojek disebut unggul dari sisi ketersediaan driver, perilaku driver pada pengguna, kemudahan penggunaan aplikasi, serta keamanan dan keselamatan. Riset tersebut dilakukan oleh pengajar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dan Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM, dan dipresentasikan pada 21 Februari 2020. Hasil riset menyatakan keberadaan transportasi online sebagai pelengkap transportasi publik.

Selain itu, data menyebut meski sebagian besar pengguna menggunakan dua layanan transportasi online, namun pengguna setia Gojek lebih besar 2,5 kali dibandingkan kompetitor terdekat.

Menurut Harya, penelitian telah menunjukkan bahwa angkutan ojek online telah difungsikan oleh pengguna sebagai penghubung akhir dan awal perjalanan (first mile - last mile) sehingga mendekati terjadinya pengalaman perjalanan yang mulus dan tuntas tanpa kendaraan pribadi.

Oleh karena itu, Harya berpendapat bahwa kolaborasi strategis antara pemerintah, pemerintah daerah dan penyedia layanan transportasi online perlu terus dilakukan terutama dari segi integrasi antarmoda sebagai upaya untuk terus mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik.

(rea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER