Polemik asal virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 kembali muncul setelah ilmuwan China yang kabur ke Amerika Serikat, Li-Meng Yan menyatakan virus itu berasal dari laboratorium militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Tiongkok.
Li-Meng mengatakan virus itu bukan berasal dari pasar basah Wuhan, Hubei, China.
Sebelum pernyataan itu muncul, mantan perwira intelijen militer Israel Dany Shohamk juga mengatakan virus corona baru tercipta dari kecelakaan yang tidak disengaja dalam penelitian senjata biologis yang dilakukan oleh China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wuhan National Biosafety Laboratory di Wuhan, kota di mana virus corona berasal diduga terkait dengan program senjata biologi rahasia Beijing.
Pengamat militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie menegaskan semua pihak harus khawatir dengan virus corona yang menyebabkan SARS-CoV-2. Menurutnya, SARS-CoV-2 diduga senjata biologi.
"Kalau saya melihatnya, corona ini harus kita anggap sebagai senjata pemusnah masal. Apapun yang berbau biologi di mata saya sekarang, itu lebih mengerikan daripada yang berbau nuklir," ujar Connie di Jakarta, Selasa (10/3).
Connie membeberkan laporan Chemical, Biological, Radiological & Nuclear (CBRN) Defence Market pada 2017 menjadi salah satu dasar melihat SARS-CoV-2 sebagai senjata biologi.
Dalam laporan, dia berkata saat ini sudah ada alat untuk menghadapi senjata kimia, biologi, radiologi, dan nuklir. Bahkan, dia menyebut permintaan alat tersebut diprediksi meningkat pada 2023.
Sedangkan, Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan ada bukti bahwa patogen berasal dari Institut Virologi di Wuhan.
Pasca tudingan itu, Institut Virologi Wuhan mengakui sempat memiliki tiga jenis virus corona hidup dari kelelawar. Virus hidup tersebut memiliki angka kemiripan sekitar 80 persen dari virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 saat ini.
Namun, mereka menegaskan tiga jenis virus corona tidak mirip dengan jenis virus SARS-CoV-2 yang saat ini mewabah di dunia.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pun ikut membantah SARS-CoV-2 merupakan virus buatan manusia yang digunakan sebagai senjata biologi. Peneliti bidang mikrobiologi LIPI Sugiyono Saputra mengatakan SARS-CoV-2 tidak memiliki kesamaan gen dengan virus corona lain seperti flu, MERS hingga SARS.
"SARS-CoV-2 bukan merupakan hasil manipulasi laboratorium karena ada perbedaan pada material genetik yang esensial untuk proses infeksi, yang tidak pernah ditemukan pada virus corona," kata Sugiyono saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (19/3).
Sugiyono mengatakan virus buatan biasanya menduplikasi gen dari virus-virus corona menular lainnya. Oleh karena itu, Sugiyono mengatakan wabah virus SARS-CoV-2 terjadi secara alami atau sesuai dengan seleksi alam (natural selection).
Senada, peneliti imunologi dan mikrobiologi Scripps Research Kristian Andersen mengatakan analisis data sekuens genom tidak menemukan bukti bahwa virus itu dibuat di laboratorium atau direkayasa.
"Dengan membandingkan data urutan genom yang tersedia untuk strain coronavirus yang diketahui, kita dapat dengan tegas menentukan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari proses alami," kata Andersen melansir Science Daily.