Materi yang dibahas musisi Erdian Aji Prihartanto alias Anji dengan Hadi Pranoto mendadak menjadi perbincangan masyarakat Indonesia setelah tayang lewat akun YouTube Dunia Manji.
Dalam video tersebut, keduanya membahas seputar obat Covid-19. Bahkan Hadi menyatakan telah menemukan obat Covid-19 yang bisa menyembuhkan pasien hanya dalam waktu dua sampai tiga hari.
Tak hanya itu, Hadi mengatakan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 baru mati pada suhu 350 derajat celsius. Kini video tersebut dihapus Youtube karena dinilai menyebar informasi tidak benar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pandemi yang berawal pada akhir Desember 2019 memang disebut peneliti masih menyimpan banyak misteri sebab merupakan jenis penyakit baru.
Bahkan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menyebut wawancara Anji dengan Hadi mengandung 12 klaim sesat dan membahayakan.
"Di antaranya terkait klaim obat buatannya sudah menyembuhkan ribuan orang dengan dua atau tiga hari pemakaian. Ada juga klaim bahwa vaksin justru merusak organ tubuh. Klaim lainnya masker tidak bisa mencegah penularan covid-19," kata Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho.
CNNIndonesia.com kembali mengingatkan sejumlah fakta Covid-19.
Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI, Wien Kusharyoto mengatakan virus bisa diinaktivasi pada suhu 95 derajat celsius. Bahkan Wien menjelaskan suhu bisa lebih rendah apabila virus mengalami denaturasi akibat desinfektan.
"Virus [SARS-CoV-2] bisa inaktif pada suhu 95-100°C, bahkan lebih rendah, apabila protein-proteinnya terdenaturasi," ucap Wien kepada CNNIndonesia.com
Di sisi lain, Ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo juga mengatakan partikel virus bisa rusak di suhu 95 derajat celsius. Hal tersebut sudah peer review sebelum dipublikasikan Multidisciplinary Digital Publishing Institute (MDPI).
"Tidak benar, suhu 95 derajat celsius saja sudah rusak kok partikel virusnya. Ini ada penelitiannya," jelas Ahmad.
Studi yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine (NEJM) ini menemukan, virus corona dapat bertahan selama 2-3 hari pada permukaan plastik dan stainless steel serta 24 jam di atas permukaan kardus.
Tim peneliti yang berasal dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) dan California University, Amerika Serikat menggunakan nebulizer untuk mensimulasikan air liur yang keluar dari batuk dan bersin. Mereka menemukan bahwa virus juga masih terdeteksi selama tiga jam di udara.
Sebanyak 239 ilmuwan di 32 negara mengungkap adanya partikel kecil Covid-19 di udara yang bisa menularkan virus SARS-CoV-2 ke manusia.
Di sisi lain, dokter spesialis paru Erlang Samoedro juga menerangkan penularan lewat udara memang berarti partikel virus dapat menetap beberapa lama di udara. Namun, ia menekankan penularan ini umumnya terjadi di ruang tertutup.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pernyataan resmi pada 29 Juni mengatakan penularan virus melalui udara hanya mungkin setelah prosedur medis yang menghasilkan aerosol atau tetesan yang lebih kecil dari 5 mikron.
WHO mengakui temuan virus corona bisa menyebar lewat udara atau airborne. Hal ini dituangkan pula dalam pembaruan ringkasan ilmiah mengenai transmisi virus penyebab Covid-19 dan sejumlah rekomendasi pencegahan.
Aerosol juga dikenal dengan droplet mikro alias berukuran. Ukurannya kurang dari 5 mikrometer.
Sementara droplet biasanya berukuran lebih besar dari 5 mikrometer. Karena kecil dan ringan, aerosol yang membawa virus corona SARS-CoV-2 bisa bertahan melayang di udara selama beberapa jam. Aerosol ini juga bisa melayang cukup jauh karena ukurannya yang kecil dan ringan
Studi di AS menyebut virus corona SARS-CoV-2 bisa hidup di aerosol hingga empat jam. Sementara studi lain (belum peer-review) menyebut ia bisa bertahan 16 jam.
Peneliti pada pertengahan Juni menemukan varian mutasi virus corona SARS-CoV-2 yang membuat Covid-19 lebih mudah menular dari sebelumnya.
Berdasarkan penelitian dari Scripps Research Institute, Florida, Amerika Serikat (AS), varian mutasi virus corona yang dinamakan D614G lebih menular dari para leluhurnya.
Penelitian ini belum dilakukan peninjauan ulang dari peneliti lain (peer review). Namun, beberapa ilmuwan sepakat dengan temuan tersebut.
G614 dapat menyebar lebih cepat tetapi tidak tidak lebih berbahaya dari yang sebelumnya.
Hasil penelitian itu diuji dari sampel yang diambil dari pasien Covid-19 di Benua Eropa dan Amerika Serikat, lalu para ahli mengurutkan genom virus tersebut. Setelah genom diurutkan, peneliti membandingkannya dengan genom virus corona baru untuk dipetakan penyebarannya.
Sementara itu, peneliti pada awal Juli menunjukkan bahwa mutasi baru virus corona SARS-CoV-2 yaitu G614. Mutasi ini dapat menyebar lebih cepat tetapi tidak berbahaya dibandingkan D614.
Penelitian yang dipublikasi dalam Annals of Internal Medicine menunjukkan bahwa rata-rata masa inkubasi Covid-19 terjadi dalam lima hari. Hal ini berarti ada orang yang akan muncul gejala langsung dan ada juga yang belakangan.
Penelitian tersebut juga melaporkan bahwa 2,5 persen orang menunjukkan gejala 2 hari setelah terpapar dan 97,5 persen lainnya menunjukkan gejala setelah 11 hari dan Anda harus menjalani karantina 14 hari.
WHO menjelaskan, gejala Covid-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan kelelahan. Gejala lain yang kurang umum dan dapat mempengaruhi beberapa pasien termasuk sakit dan nyeri, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan rasa atau bau atau ruam pada kulit atau perubahan warna jari tangan atau kaki.
Gejala-gejala ini biasanya ringan dan mulai secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala yang sangat ringan.
(jnp/mik)