Konsekuensi Jika Relawan Vaksin Covid-19 China Mundur

CNN Indonesia
Kamis, 03 Sep 2020 07:25 WIB
Tim uji klinis tahap vaksin Covid-19 buatan Sinovac China ungkap konsekuensi jika sejumlah relawan mundur dari proses vaksinasi.
Uji klinis vaksin Covid-19 China. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah relawan uji klinis tahap ketiga vaksin Covid-19 buatan Sinovac China sudah menjalani vaksinasi. Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Kusnandi Rusmil mengatakan, imunigenitas relawan akan muncul maksimal dua minggu setelah penyuntikan vaksin.

Usai penyuntikan vaksin, relawan minimal melakukan dua kali kunjungan untuk melaporkan kesehatan mereka pada tim uji klinis. Kusnadi kemudian mengatakan relawan yang sudah disuntik sebaiknya tidak mengundurkan diri di tengah proses vaksinasi.

"Kalau sudah disuntik lalu ingin keluar tidak boleh. Kalau dia tidak datang nanti ditelepon, masih ada waktu tiga hari dari jadwal. Kalau enggak datang sudah di-drop out karena kita sudah memperhitungkan secara statistik," ujarnya saat ditemui di RSP Unpad.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kusnandi menjelaskan, vaksinasi sampai tuntas penting untuk melihat kerja vaksin yang sudah dimasukkan ke dalam tubuh. 

"Rugi saja dia tidak dilindungi secara full. Kan dia seharusnya dua kali disuntiknya kalau dia mau efeknya bagus," ucapnya.

Apabila ada relawan yang mundur di tengah proses uji klinis, Kusnandi mengaku tidak keberatan. Sebab, timnya sudah punya perhitungan soal jumlah relawan yang akan mengikuti uji klinis ini. Adapun target dari jumlah relawan uji klinis ini adalah 1.620 orang.

"Kan sudah diperhitungkan, yang daftar (saat ini) 2.000 lebih. Tinggal ngambil lagi (kalau kurang)," ujarnya.

Meski demikian, Kusnandi mengaku sampai saat ini belum ada relawan yang mengundurkan diri. Pihaknya pun belum berencana menambah relawan yang mengikuti penyuntikan.

"Kalau umpamanya ada perlu penambahan di luar perhitungan kita, mungkin iya (ditambah). Tapi sampai sekarang belum," ucapnya.

Menurut Kusnandi, pihaknya belum menerima adanya keluhan serius terkait gejala yang dialami saat vaksinasi. Kendati begitu, andaikata ada masalah kesehatan pada relawan, akan dibuka datanya apakah relawan tersebut menerima vaksin atau plasebo.

"Jadi yang disebut Serious Adverse Event (SAE) kalau orang itu disuntik pingsan, kedua kalau dirawat di RS, begitu dia dirawat di RS itu langsung dibuka randomnya. Dilihat dia dapat vaksin atau tidak," ucap Kusnandi menambahkan.

Adapun penyuntikan uji klinis vaksin Covid-19 di antara para relawan dilakukan secara acak dan rahasia. Ada yang diberikan vaksin atau plasebo. Tidak diketahui apakah mereka mendapat cairan vaksin yang sedang diuji klinis fase III itu atau hanya plasebo sebagai alat kontrol.

Proses uji klinis vaksin Covid-19 tersebut akan berjalan selama enam bulan hingga akhir tahun 2020. Jika telah teruji dan mendapat izin edar, vaksin Sinovac akan diproduksi massal di awal 2021.

Efek Mengantuk Usai Vaksin Covid-19 Ketiga

Salah satu yang menjalani penyuntikan vaksin Covid-19, Herlina Agustin (52) berbagi cerita pengalamannya.
 Titin, panggilan Herlina Agustin, mendapat vaksinasi pada Jumat (28/8) lalu di Puskesmas Dago.

Tiga hari sebelumnya, wanita yang sehari-hari bekerja sebagai dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran ini menyambangi lokasi yang sama untuk menjalani pemeriksaan kesehatan dan tes swab.

Setelah dinyatakan lolos oleh tim medis, Titin kembali mendatangi Puskesmas Dago. Tahapan selanjutnya yang wajib diikuti adalah pemeriksaan kesehatan hingga rapid test. Setelah itu barulah ia mendapatkan penyuntikan vaksin tahap pertama.

Pengalaman disuntik vaksin Covid-19 adalah yang pertama bagi Titin. Ada beberapa reaksi yang diduga terjadi setelah vaksinasi.

"Aman, ngantuk, lapar. (Reaksinya) muncul di hari penyuntikan saja, setelahnya sih bisa aktivitas seperti biasa," ucapnya saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Rabu (2/9).

Titin mengaku mendapatkan form terkait perkembangan kondisi relawan selama menjalani uji klinis. Dari form tersebut, tim uji klinis akan terus mengevaluasi perkembangan kondisi relawan. Titin mengaku sudah dijadwalkan mendapatkan penyuntikan vaksin kedua pada 14 September mendatang.

Setelah menerima vaksin kedua ini, rencananya ia akan melakukan kunjungan pemeriksaan yang kedua pada dua pekan kemudian. Setelah itu, pada pemeriksaan tahap lima atau terakhir akan dilaksanakan enam bulan kemudian.

Sebelumnya, Ketua Tim Riset Vaksin dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Kusnandi Rusmil mengatakan, rasa kantuk yang dirasakan oleh relawan uji klinis vaksin Covid-19 kemungkinan bukan berasal dari efek vaksinasi.

Adapun dalam uji klinis ini relawan tidak diberitahu apakah mendapat cairan vaksin yang sedang diuji klinis atau hanya plasebo sebagai alat kontrol. Karena pembagian vaksin atau plasebo di antara para relawan dilakukan secara acak dan rahasia.

"Saya enggak tahu yang ngantuk itu dapat plasebo atau vaksin, kan bisa saja (seperti) saya sering ngantuk (walau tidak divaksin). Makanya saya tidak bisa bilang itu efek daripada vaksin," ucap Kusnandi saat ditemui di RS Pendidikan Unpad, Rabu (26/8).

Kusnandi mengatakan, jika memang setelah penyuntikan vaksin subjek penelitian mengalami efek samping, pihaknya sudah memiliki prosedur penanganan. Ada beberapa hal yang akan diperhatikan seperti reaksi lokal.

"Reaksi lokalnya kita lihat apakah kemerahan atau bengkak, lalu diukur dan dilihat. Setelah diukur bengkaknya itu enggak terlalu bengkak dan dalam. Kalau dalam beberapa jam (bekas suntikan) hilang berarti tidak apa-apa, jadi seperti kita nyuntik pada bayi saja," katanya.

Menurut Kusnandi, sejauh ini pihaknya belum mendapatkan adanya laporan relawan yang mengalami efek samping pasca penyuntikan vaksin.

"Selama ini belum ditemukan. Kan kita telepon semua relawannya sampai sekarang belum ada yang menyampaikan apakah se-badan merah atau bahkan sampai pingsan," ujarnya.

Seperti diketahui, untuk pelaksanaan uji klinis vaksin di Bandung dibutuhkan sekitar 1.620 relawan dengan rentang usia antara 18 hingga 59 tahun. Selain berdomisili di Bandung, calon relawan juga harus dinyatakan lolos verifikasi kesehatan fisik dan tidak terpapar Covid-19.

Adapun penyuntikan uji klinis vaksin Covid-19 di antara para relawan dilakukan secara acak dan rahasia. Ada yang diberikan vaksin atau plasebo. Tidak diketahui apakah mereka mendapat cairan vaksin yang sedang diuji klinis fase III itu atau hanya plasebo sebagai alat kontrol.

Proses uji klinis vaksin Covid-19 tersebut akan berjalan selama enam bulan hingga akhir tahun 2020. Jika telah teruji dan mendapat izin edar, vaksin Sinovac akan diproduksi massal di awal 2021.

(hyg/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER